Lihat ke Halaman Asli

Mukhofifatul Inayah

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Dedi Mulyadi Dorong Program Vasektomi sebagai Solusi Pengendalian Penduduk

Diperbarui: 8 Mei 2025   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Instagram

Mantan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi kembali menjadi sorotan publik setelah menyuarakan dukunganya terhadap program vasektomi sebagai langkah strategis dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. Dalam pernyataan terbarunya, Dedi menegaskan bahwa program vasektomi bukan sekedar upaya medis, melainkan bagian dari solusi jangka panjang untuk mengatasi persoalan sosial dan ekonomi akibat kepadatan penduduk.

Menurut Dedi, pertumbuhan populasi yang tidak terkendali menjadi akar berbagai masalah, mulai dari kemiskinan, pengangguran, hingga keterbatasan akses terhadap pendidikan dan kesehatan. "Bukan hanya soal jumlah, tetapi soal kualitas hidup. Jika jumlah penduduk terus meningkat tanpa diiringi peningkatan kesejahteraan, maka kita sedang menciptakan bom waktu sosial"

"Saya ingin para bapak di kampung-kampung bisa ikut serta dalam program ini tanpa rasa takut atau malu. Kita ubah cara pandang bahwa menjadi laki-laki tangguh juga berarti berani mengambil keputusan penting demi masa depan keluarga," tambahnya. ujar Dedi dalam dialog publik yang di gelarnya di salah satu desa di Jawa Barat.

Dedi menegaskan bahwa vasektomi bukan tindakan yang membahayakan atau merugikan pria. Ia menjelaskan bahwa metode ini hanya memutus saluran sperma tanpa memengaruhi hormon atau kemampuan seksual seorang pria. Dengan edukasi yang tepat, menurutnya, stigma dan ketakutan terhadap prosedur ini bisa dikikis secara perlahan.

Ia menilai, selama ini tanggung jawab program Keluarga Berencana (KB) terlalu banyak di bebankan pada perempuan, padahal peran laki-laki juga sangat krusial. Untuk itu, ia mendorong para pria, khusunya kepala keluarga, agar tidak ragu mempertimbangkan vasektomi sebagai bentuk partisipasi aktif dalam menjaga keseimbangan keluarga dan lingkungan.

Dedi menolak pandangan bahwa vasektomi adalah bentuk pengkhianatan terhadap kodrat laki-laki. Menurutnya, justru sebaliknya, laki-laki yang bersedia menjalani vasektomi menunjukkan tanggung jawab moral yang tinggi terhadap masa depan anak-anaknya. Ia menekankan bahwa vasektomi bukan berarti kehilangan kejantanan, tetapi menandakan kedewasaan dalam mengambil keputusan penting untuk keluarga.

Sebagai langkah nyata, Dedi telah memfasilitasi layanan vasektomi gratis melalui program kemitraan antara pemerintah daerah, tenaga medis, dan tokoh masyarakat. Ia juga menggandeng tokoh agama dan adat untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar stigma negatif terhadap vasektomi dapat diminimalkan. Dalam beberapa kegiatan kampanye, Dedi bahkan turun langsung berdialog dengan para suami dan keluarga untuk menjelaskan manfaat serta proses medis dari tindakan tersebut.

Program ini mendapat respon beragam. Sebagai masyarakat, terutama di wilayah pedesaan, masih menunjukan keraguan karena faktor budaya dan kurangnya informasi. Namun, tidak sedikit pula yang mulai terbuka dan mengapresiasi upaya ini. Salah satu warga mengikuti program vasektomi menyatakan kelegaannya karena dapat lebih fokus mengurus anak-anak yang sudah ada tanpa beban resiko kehamilan yang tidak direncanakan.

Dedi menyadari bahwa perubahan pola pikir tidak bisa terjadi dalam semalam, namun ia optimis dengan pendekatan yang persuasif dan berbasisi kearifan lokal, masyarakat akan lebih mudah menerima program ini. Ia berjanji akan terus memperjuangkan agar kebijakan pengendalian penduduk tidak hanya mengendalkan jargon, tetapi benar-benar menyentuh akar persoalan dengan pendekatan yang manusiawi dan solutif.

Kebijakan vasektomi yang diusung Dedi Mulyadi ini menjadi cerminan dari kepemimpinannya yang progresif dan berani menantang norma lama demi masa depan yang lebih baik. Ia berharap kebijakan ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain untuk menata ulang strategi pembangunan manusia secara lebih terencana dan berkeadilan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline