Lihat ke Halaman Asli

Muis Sunarya

TERVERIFIKASI

Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

Dan Tuhan Pun 'Sakit'

Diperbarui: 15 Februari 2019   19:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

detik.com

Beberapa bulan ke depan, pesta itu baru akan digelar. Pesta demokrasi, pemilihan umum (Pemilu) serentak 2019, persisnya.

Sejatinya pesta ini disambut dengan penuh keceriaan dan kegembiraan. Pesta ini diadakan 5 tahun sekali. Pesta yang akan memilih dan menentukan wakil-wakil rakyat terhormat yang akan duduk sebagai anggota-anggota MPR/DPR dan presiden dan wakil presiden sebagai kepala negara dan pemerintahan.

Mereka adalah representasi dari seluruh rakyat Indonesia. Mengemban amanat, pengabdian, dan pelayanan kepada negara dan bangsa selama 5 tahun.

Alih-alih disambut gembira, jelang pesta digelar, justru nuansa panas dan gaduh luar biasa sudah mulai tampak dan terasa.

Pesta ini semestinya kompetesi sehat, beradu gagasan dan program untuk kebaikan dan kemajuan negeri ini. Berakal sehat yang otentik. Bukan sekadar menjajakan akal sehat palsu. Berputar-putar berkeliling memanipulasi akal sehat. Seperti yang dilakukan Rocky Gerung hari-hari ini, jelang pilpres 2019.

Tapi suasananya sekarang malah seperti pertarungan jahat yang tiada henti. Kampanye hitam dimunculkan. Perisakan, ujaran kebencian dan berita hoaks berseliweran. Memfitnah, memecah belah dan permusuhan, khususnya antar dua kubu; petahana dan oposisi terus dilancarkan.

Rakyat biasa di warung kopi, di tempat kerja, di media sosial apalagi, berisik dan bertikai, ikut dan terbawa arus permainan dan ulah para elit politik negeri ini.

Seakan hidup sekadar soal politik. Soal-soal lain adalah remeh-temeh. Tidak menarik, tidak peduli, dan tidak penting. Di mana-mana orang ngomongin politik melulu. Kayaknya tidak ada tema lain saja, selain politik.

Lantas, kenapa bangsa ini jadi seperti begini? Cepat marah. Sedikit-sedikit tersinggung. Saling mengancam. Melakukan perisakan dan persekusi. Seperti sudah tercerabut rasa kemanusiaannya, kasih sayangnya, persaudaraannya sebangsa dan setanah air. Sisi-sisi kemanusiaan tidak lagi dihiraukan. Akhlak dan etika diabaikan. Bangsa ini jadi aneh.

Sudah sakitkah bangsa ini, bangsa yang terkenal beradab dan ramah ini? Bukankah bangsa ini populer dengan bangsa yang toleran dan saling menghormati? Bukankah bangsa ini, bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan?

Kita bisa ikut-ikutan "sakit". Bahkan Tuhan pun "sakit" dalam konteks menyaksikan ini. Konteks bangsa yang yang krisis kemanusiaan. Bangsa yang sudah mengabaikan akhlak dan etika berbangsa dan bernegara. Ambisi kekuasaan dipertuhankan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline