Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Dan Tuhan Pun 'Sakit'

12 Februari 2019   17:13 Diperbarui: 15 Februari 2019   19:39 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabar duka, Tuhan pun "sakit", adalah kabar valid dan sahih dari Muslim. Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim. Pesan Tuhan ini bisa dijadikan semacam kritik dan respons atas kondisi kehidupan bangsa seperti ini.

Dalam sebuah hadis qudsi dikabarkan. Hadis yang subtansi dan maknanya langsung dari Tuhan. Tapi teks dan redaksinya dari Nabi Muhammad saw.

Ini kabar valid itu. Hadis ini sahih. Riwayat Muslim. Narasinya memang agak panjang. Ini hanya sebagian saja.

Tuhan berfirman, "Wahai anak Adam (manusia)! Aku (Tuhan) ini "sakit", mengapa kamu tidak "menjenguk"-Ku?" Ia (anak Adam), kemudian berkata, "Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?" Tuhan berfirman: "Kamu tahu, bahwa seorang hamba-Ku sakit di dunia, akan tetapi kamu tidak menjenguknya, seandainya kamu menjenguknya sungguh kamu akan "menemukan" Aku di sisinya. ..." (Hadis riwayat Muslim).

Pesan hadis ini, poinnya adalah pesan kemanusiaan. Soal akhlak dan etika. Bagaiamana dalam kehidupan sosial kita, kita seharusnya bersikap. Termasuk dalam kehidupan berbangsa kita, tentu saja.

Dalam redaksi hadis itu, tidak perlu dipahami secara tekstual (harfiah) bahwa Tuhan minta ditengok, bahkan minta diberi makan dan minum. Makanya, dalam hadis itu, kelanjutanya, bahwa Tuhan pun lapar. Tuhan pun haus.

Biar tidak salah paham, bahwa makna kata "sakit" dan "dijenguk" dalam redaksi hadis ini, adalah bukan makna harfiah. Jangan diartikan secara harfiah. Bukan dalam arti Tuhan sebagai personal. Tapi lebih kepada subtansinya.

Kata "sakit" dan "dijenguk" dalam hadis itu lebih bermakna konotasi bukan denotasi. Lebih ke makna bukan yang sebenarnya dan bersifat kiasan. Artinya, bukan Tuhan yang sakit dan minta dijenguk. Bukan! Sekali lagi, tolong, jangan salah paham. Maaf, biar clear. Biar jelas apa yang dimaksud dari hadis qudsi itu.

Maksudnya, sekali lagi, adalah pesan tersirat dan subtansinya. Pesan kepada kita untuk selalu peduli dan empati kepada saudara-saudara kita yang sedang menderita sakit dan kekurangan secara ekonomi. Tuhan selalu bersama mereka itu. Pesannya lebih kepada semangat humanisme. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Jangan sampai soal remeh-temeh dalam kehidupan kita, dalam berpolitik kita, berbangsa dan bernegara, kita abaikan sisi-sisi kemanusiaan kita.

Karena berbeda pilihan politik kita, misalnya. Atau gegara ambisi dan nafsu berkuasa, kita tidak menghiraukan lagi dan tidak menganggap penting soal akhlak dan etika.

Apalagi Tuhan dibela-bela segala. Dibawa-bawa menjadi komoditas politik murahan. Vested interest, kepentingan politik sesaat dan jangka pendek. Tidak perlu itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun