Lihat ke Halaman Asli

Muhsin Nuralim

Student at UIN Sunan Kalijaga in Religious Studies | English Tutor | Bibliophile

Kenali Jenis Biaya, agar Dompet Tidak Sengsara!

Diperbarui: 18 April 2021   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Black Calculator Near Ballpoint Pen on White Printed Paper by Pixabay | sumber pexel.com

Mengatur keuangan saat Ramadhan susah-susah gampang. Pasalnya, kebutuhan makan sudah tidak memiliki porsi cukup banyak seperti biasa, eh tapi, banyak barang-barang lain yang serba diskon: Buku-buku promo, baju-baju khas lebaran berjamuran dengan harga miring, banyak parsel yang sudah dijadikan incaran. Dilema!

Memang, fenomena seperti itu kerap terjadi tiap tahun. Apalagi Ramadhan identik dengan kenaikan bahan makan pokok, yang mau tidak mau harus terpenuhi lebih dulu.

Melek keuangan (financial literation) sangat dibutuhkan setiap orang, sebagai alat untuk menunjang keuangan agar tidak kedodoran pas lagi belanja. So, yang harus dibenahi dulu adalah pola pikir kita saat menimbang sebuah transaksi apakah kita belanja karena sekedar ingin atau butuh.

Pastikan dulu untuk membagi jumlah anggaran yang kita punya dengan daftar jumlah kebutuhan, keinginan, dan tak lupa tabungan.

Di suatu sore saat ngabuburit, tersebutlah Dana dengan uang 10 ribu rupiah di saku ingin membeli sirup sebagai takjil seharga 10 ribu rupiah. Tentu saja, Ia akan menimbang keputusan apakah ia ingin membeli atau tidak.

Rory Vaden dalam bukunya Procrastinate on Purpose membagi tiga kemungkinan seseorang dalam menimbang sesuatu dalam bertransaksi, yang membedakan mindset orang kaya dengan orang yang tak pernah kaya-kaya.

Dari kasus di atas, Dana pasti bertanya "Apakah saya ingin sirup seharga 10 ribu ini?" dengan anggapan ya, pertanyaan kedua adalah "Apakah yang dapat saya lakukan untuk mendapat sirup ini?" (jika sistuasi Dana gak punya uang). Kelompok pertama dikendalikan oleh sifat implusif, mereka akan melakukan apa saja yang mereka mau. Apa saja! Jika tidak punya uang mereka mungkin akan berhutang, memakai kartu kredit atau kas bon di warung.

Kelompok kedua-dengan jawaban ya-mengarah pada pertanyaan selanjutnya "Apakah saya punya uang 10 ribu?" Begitulah sebagian orang berpikir; Mereka akan membelanjakan uang itu tak peduli jenisnya apakah sangat butuh atau sekedar ingin. Dan pola pikir seperti itu mengarahkan orang menjadi kelas menengah atau rata-rata.

Kelompok ketiga dengan pertanyaan ingin sirup harga 10 ribu dan dengan anggapan jawaban ya. Mereka memiliki pertimbangan lanjutan "Jika saya membelanjakan uang 10 ribu untuk sirup ini sebagai takjil, berarti 10 ribu tersebut tidak bisa saya gunakan untuk sesuatu yang lain." Itulah pemikiran orang kaya yang menurut Vaden menjadikan mereka untuk giat berinvestasi.

Dalam setiap transaksi yang kita lakukan, ada macam-macam biaya yang diistilahkan:

  • Biaya aktual adalah jumlah uang yang benar-benar kita bayarkan untuk sesuatu.
  • Biaya peluang adalah jumlah uang setara yang kita lepaskan karena membeli sesuatu yang lain.
  • Biaya tersembunyi adalah jumlah keuntungan potensial yang mungkin bisa kita terima seandainya kita menginvestasikan uang tersebut alih-alih membelanjakannya.
  • Dan Biaya tersembunyi merupakan biaya terbesar di antara semua biaya di atas; serta hanya diperhatikan oleh segelintir orang saja.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline