Lihat ke Halaman Asli

muhammad sadji

pensiunan yang selalu ingin aktif berliterasi

Jokowi yang Menginspirasi

Diperbarui: 27 September 2022   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku koleksi perpustakaan pribadi.

Presiden Jokowi mendapat mandat rakyat untuk memimpin Indonesia dari tahun 2015 s/d 2019 melalui pemilihan Presiden langsung pada tahun 2014 yang lalu. 

Menyadari bahwa menjadi presiden itu harus bekerja untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan bangsa, dalam waktu yang singkat ini. Ia telah membuktikan karya nyatanya. 

Karena konstitusi memberikan peluang untuk bisa mencalonkan sekali lagi, maka sah saja apabila Jokowi ingin menuntaskan hasil kerjanya selama satu periode lagi  masa jabatan kepresidenan.

Dalam Pilpres 2014, Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla, menghadapi saingannya, Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Radjasa. Dalam Pilpres 2019, Jokowi yang berpasangan dengan KH. Ma'Ruf Amin, berhadapan lagi dengan Prabowo Subianto yang berganti pasangan dengan Sandiaga Salahuddin Uno. 

Tentu saja Prabowo-Sandiaga pada waktu itu berusaha sekuat tenaga untuk berusaha meraih kemenangan. Berbagai jurus dan taktik telah mereka kerahkan bersama Tim Sukses dan partai koalisinya. 

Mereka agaknya senantiasa mengintai dan mencari celah kelemahan dan kekurangan Jokowi untuk dijadikan isu yang pastinya diharapkan bisa untuk menjatuhkan. 

Yang menyakitkan adalah, Pilpres yang seharusnya diisi dengan adu program untuk memajukan bangsa dan negara lima tahun ke depan serta adu pamer rekam jejak apa saja yang pernah terjadi dan yang pernah dilakukan selama berkarir sebagai anak bangsa. 

Sebaliknya, mereka para pendukung Prabowo malahan mengeksploitir masalah keturunan, siapa itu Jokowi. Fachri Hamzah misalnya, dalam suatu acara debat TV pada tahun 2014, pernah membandingkan bahwa Prabowo Subianto itu anak seorang Profesor Doktor, sedangkan Jokowi itu anak siapa. 

Fadli Zon juga pernah menyebut bobot, bibit, bebet untuk memilih pemimpin yang arahnya sudah bisa ditebak, pasti menyepelekan siapa itu Jokowi. Yang lebih sadis lagi, Prof. Dr. Amien Rais, yang menuduh Jokowi itu keturunan tokoh PKI dan oleh karenanya perlu dites DNA untuk memastikan anak siapa Jokowi itu sebenarnya. Perilaku berpolitik semacam itu perlu diungkap kembali dalam rangka merawat ingatan bangsa yang besar ini, agar politik bersih dan jujur menjadi budaya bangsa yang baik.

Ternyata semua teka-teki nyinyir tersebut di atas telah dibahas tuntas oleh dua orang penulis, Wawan Mas'Udi dan Akhmad Ramdhon. Yang pertama adalah seorang dosen di Departemen Politik dan Pemerintahan, FISIPOL UGM dan telah menyelesaikan S3 pada tahun 2017 di Asian Studies, The Universities of Melbourne Australia. Dan yang kedua adalah staf pengajar Sosiologi FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mereka berdua sudah banyak menulis buku sehingga cukup menyakinkan tingkat kepercayaannya apabila dikaitkan dari berbagai aspek kepenulisan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline