Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Pradito

Undergraduate students majoring in international relations

Kegagalan Ideologi Demokrasi dalam Konflik Timur Tengah

Diperbarui: 5 Desember 2023   06:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dengan segala kemajuan yang dicapai di seluruh dunia, konflik dan peperangan tidak henti-hentinya menjadi agenda di berbagai belahan dunia, terutama di Timur Tengah yang telah menjadi lokasi konflik antar peradaban sejak abad X. Timur Tengah dengan beragam etnis, agama, dan budayanya, seringkali ibarat campuran adonan yang belum matang. Selain itu, terdapat lebih ordo politik di masing-masing wilayah yang serupa dengan ordo politik firaun masa lalu. Kekuasaan menanti setiap penguasa dengan kemewahan yang diperoleh dari hasil sumber daya minyak.

Hal ini akan membuat Timur Tengah yang kaya minyak menjadi pertumpahan darah Sejak lahirnya peradaban manusia.  Faktanya, Timur Tengah dibentuk oleh konflik, fanatisme Islam, dan bahkan terorisme. Di sisi lain, Timur Tengah juga dipuji sebagai tempat lahirnya berbagai peradaban yang kaya akan budaya, sumber daya alam, pusat kemewahan, serta cara hidup yang mahal dan glamor. Timur Tengah yang menjadi wilayah konflik, sangat sulit untuk kembali  menjadi  "Timur Tengah" yang  diimpikan  masyarakat dunia pada tahun. Perbedaan etnis dan agama, serta kesenjangan sosial ekonomi membuat wilayah ini rentan terhadap konflik agama dan etnis serta perebutan kekuasaan antar kelompok etnis tertentu. Belum lagi penambahan unsur kekayaan alam, seperti minyak bumi yang merupakan unsur utama pemekaran negara.

Ideologi yang ditinggalkan oleh negara-negara Barat selama mandat Perancis dan Inggris di wilayah tersebut hanya mencapai pendirian negara-negara despotik, yang sebagian besar diperintah oleh sejumlah kecil keluarga yang diwarisi dari kolonialisme. Oleh karena itu, ideologi Barat, khususnya "demokrasi" menjadi senjata utama untuk menggulingkan rezim-rezim yang tidak  diinginkan oleh sistem kapitalis global. Pada dasarnya konflik ideologi hanya terjadi antara  ideologi kapitalis dan rezim yang  tidak mendukung kapitalisme global. Misalnya rezim sosialis atau komunis.

Selama ideologi hegemonik menjadi acuan kebijakan negara, Timur Tengah akan terus mengalami konflik. Bermotif politik oleh ideologi Barat memasukkan unsur demokrasi, Islam, dan bahkan nasionalisme etnis. Berbagai elemen politik dijadikan sentimen untuk mengkonstruksi identitas nasional dalam bernegara. Timur Tengah tidak akan pernah stabil karena ideologi Barat, seperti rezim demokratis yang berkembang di kawasan, tidak sesuai dengan konteks kependudukan di kawasan tersebut, baik dari segi nilai-nilai agama, kebudayaan maupun sistem politik.

Konflik yang timbul di Timur Tengah merupakan tanggung jawab masyarakat internasional, dan harus memberikan solusi konkrit. Sebab, sudah tiba waktunya bagi masyarakat Timur Tengah untuk mempertahankan kesejahteraan dan masa depan mereka.

Peristiwa di Timur Tengah, seperti Suriah, Libya, Irak, Mesir, bahkan Afghanistan, jauh dari perjuangan demokrasi demi kesejahteraan rakyat. Pemahaman ideologi telah memungkinkan masyarakat Timur Tengah untuk mewakili beragam pendapat dalam politik. Jadi mendorong konflik, mendorong perang saudara. Perbedaan agama, sistem politik, bahkan suku menjadi penyebab utama konflik di masyarakat Timur Tengah. Ideologi Barat seperti demokrasi merupakan ideologi yang sangat bertentangan dengan nilai dan budaya sistem Barat. Tengah Timur. Masyarakat Timur Tengah cenderung merasa nyaman meski dengan pemerintahan diktator Barat. Ideologi seperti demokrasi, liberalisme dan hak asasi manusia bukanlah cara untuk menyelesaikan konflik Timur Tengah dan sangat tidak sesuai dan tidak sejalan dengan nilai-nilai budaya dan budaya politik.

Demokrasi di Timur Tengah hanyalah ideologi yang hanya digunakan oleh sebagian dari kelompok yang Pro Barat. Ideologi ini digunakan sebagai alat legitimasi publik yang tidak lain dan tidak bukan untuk mendapatkan kekuasaan. Adanya rezim demokrasi yang berkuasa di Timur Tengah, kini bukanlah solusi dari konflik yang terjadi. Dalam hal ini sebaiknya ditegakkan sebuah sistem yang baru yang dapat menyingkirkan sistem asing dalam mengintervensi kekuasaan.

Timur Tengah terlalu mendapatkan intervensi politik dari konflik yang terjadi. Padahal sudah bukan hal baru lagi bahwa masyarakat Timur Tengah memiliki budaya politik tersendiri yang jauh dari intervensi dan minim pembahasan demokrasi. Cara asli mereka inilah yang harus dipertahankan denga membiarkan Timur Tengah tumbuh dan berkembang dengan cara mereka sendiri tanpa adanya intervensi. Tentunya hal ini sudah tebukti dilakukan oleh Arab Saudi dan Emirat Arab. Kedua negara ini jauh dari pemikiran demokrasi yang dapat mengintervensi kekuasaan. Maka dari itu, sudah seharusnya Timur Tengah menarik diri dari budaya Barat beserta ideologi yang salah dalam meraih kekuasaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline