Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Ilham Noor

Guru paruh waktu

Menikmati Bait Puisi ala Banda Neira

Diperbarui: 3 Januari 2021   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Grup Musik Banda Neira | dok. pribadi

Apa yang pertama kali terlintas di pikiran ketika mendengar "Banda Neira"? Bagi para traveler sudah pasti jawabannya adalah sebuah pulau indah nan eksotik di Kepulauan Banda, Maluku. Panorama cantik dan hamparan laut yang meneduhkan mata, surga dunia. 

Eiiits, tapi tunggu dulu, saya bukan seorang traveler dan juga belum pernah sama sekali berlibur ke Banda Neira. Lah, jadi? Banda Neira yang saya maksud pada artikel ini adalah sebuah grup musik atau duo atau apapun istilah yang merujuk kepada Ananda Badudu dan Rara Sekar. 

Kedua orang ini berhasil menyajikan kata-kata puitis dalam balutan lantunan musik yang tepat mengena di telinga. Selain itu, beberapa lagu Banda Neira adalah gubahan dari puisi-puisi penyair mahsyur. Musikalisasi puisi yang dibawakan oleh Banda Neira nyatanya mampu membuat saya meresapi puisi dengan cara yang lain.

Di tahun 2016, saat menjadi mahasiswa tua, lagu-lagu bergenre folk menemani saya ketika berjuang menyelesaikan skrispi, eh skripsi. Tidak seperti jenis musik lain, folk bagi saya memiliki keunikan tersendiri baik dari segi komposisi musik maupun syair yang didendangkan. Ada keteduhan yang ditawarkan ketika mendengarkan aliran musik ini, apalagi ditambah secangkir kopi, lengkap sudah. 

Genre ini yang kemudian mengenalkan saya kepada beberapa grup musik seperti Payung Teduh, Fourtwnty, Nosstress, Banda Neira dan banyak lainnya. 

Nah, meskipun Ananda Badudu dan Rara Sekar sepakat mengatakan musik yang mereka bawakan bergenre nelangsa pop dan bukan folk. Namun tetap saja, saya sudah terlanjur jatuh hati pada petikan-petikan gitar akustik Nanda dan suara khas dari Rara. Tidak hanya itu, lirik pada lagu-lagu Banda Neira juga memantik rasa ingin tahu saya terhadap interpretasi ditiap baitnya. 

Selain membawakan beberapa puisi dari penyair terkenal, seperti Derai-derai Cemara karya Chairil Anwar, Mawar karya Wiji Thukul dan Rindu karya Subagio Sastrowardoyo. Ananda Badudu dan Rara Sekar juga piawai dalam menciptakan banyak lagu dengan lirik yang amat puitis. Tentu saja, setiap lagu memiliki ceritanya masing-masing. 

Hal itu juga berlaku pada setiap lagu dari Banda Neira, selalu ada cerita dan pesan yang coba disampaikan. Seperti pada lagu "Di Beranda", bagaimana Banda Neira menggambarkan rasa kegelisahan dan kerinduan orang tua saat anak-anaknya mulai beranjak dewasa dan pergi untuk sementara waktu. Tidak peduli ke mana pun takdir membawa, rumah ada tujuan pulang setiap anak.

Oh, ibu tenang sudah

Lekas seka air matamu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline