Lihat ke Halaman Asli

Muh. Hanafi

Abdi Negara

Bergaul dengan Multi Agama

Diperbarui: 23 Januari 2023   08:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi toleransi dalam beragama (Sumber gambar : id.pinterest.com/Arif Setiadi)

Dari kecil saya di didik untuk dekat dengan mesjid.  Sholat Magrib Isya  dan Subuh kami selalu di Mesjid. Sedangkan sholat Dzhuhur dan Ashar di Musholla yang dekat dengan SD dan MI karena saya berada di sana.

Saat  jam 17.00 WIB sore, saya dan teman-teman sudah berkumpul dipelataran mesjid. Sambil menunggu jadwal masuk sholat magrib, kami  bermain kacal asin, petak umpet, dan lain-lain.

Malamnya full ngaji. Dari setelah sholat magrib ngaji Al-Qur’an, setelah isya belajar ngaji lagu dan membaca berjanji nashar dan Dhiba’.

Di bulan puasa ramadhan, saya dan teman-teman full ngaji di mesjid. Kami secara bergantian tadarrus Al-Qur’an 24 jam, gantian tidurnya. Mic Mesjid tetap terus menyala menyuarakan ayat-ayat suci Al-Qur’an.

Dulu saya sekolah double, Sekolah Dasar (SD) juga,  Madrasah Ibtidaiyah (MI) juga.  Tujuan Bapak saya, saya disekolahkan di MI juga  agar saya lebih mengenal pelajaran agama. Di MI muatan agama banyak sekali, dari materi utama : Al-Quran, Hadits, Sejarah Kebudayaan Islam atau Tarekh, Tauhid, Akhlak, Fiqih, Bahasa Arab, dan lain-lain. Dan yang ektra atau pendukungnya juga banyak, ada khot, imlak dan mukhadaroh.

Di tingkat SLTP, saya merantau di ibu kota kabupaten, saya tidak sekolah di SMP, tapi oleh bapak saya di sekolahkan di Madrasah Tsanawiyah (MTs), yang mata pelajarannya hampir semua agama dan kitab gundul, dari kitab Tasfir jalalain, Tafsir Kurikulum, Ta’limul Muta’allin, Bulughul Marom, Addurusunnahwiyah, Nahwu Ajrumiyyah, Mustholahul Hadits, Amtsilatuttasrif, Ushul Fiq, dan kitab-kitab lain.

Di perantauan Ibu kota, saya tinggal dirumah mbah. Mbah saya ada dua, saya tinggal dirumah mbah satunya. Rumah mbah saya diapit oleh  tetangga dari berbagai agama. Dari agama Islam, kristen katolik, dan Budha. Tempat-tempat ibadah berbagai agama sangat dekat dengan rumah mbah saya. Tidak jauh, sekitar 100 meter dari rumah mbah saya ada gereja katolik. 200 meter darinya ada gereja kristen protestan. keseharian saya bermain dengan anak-anak tetangga kanan dan kiri. Teman-teman saya berbagai agama. Bermain layang-layang, ngejar layang-layang putus, mancing dilaut, nyari ikan cupang dan lain-lain..pokok’e seru poool waktu itu.

Saat di bangku SMA, saya bersekolah di Madrasah Aliyah. Karena mbah saya pindah ke kampung, saya pindah tinggal di kost. Kost ini seperti pondok pesantren mini, karena yang punya kost setiap malamnya mengajar saya dan penghuni belajar Al-Qur’an dan kitab-kitab fiqih klasik. Ba’dha subuh saya ikut belajar kitab-kitab dasar Nahwu dan Shorof.  Masa itu dalam pergaulan hari-hari, saya bercampur bergaul dengan  berbagai  aliran dan organisasi keagamaan, yakni muhammadiyah, Nahdhatul Ulama,  Sholawatan Wahidiyah, Ikhawanul Muslimin, termasuk juga Salafi.

Setelah tamat tingkat SMA, kemudian saya melanjutkan kuliah. Awalnya mengambil sarjana strata satu Ilmu Politik UT UPBJJ  tapi tidak selesai, saya berhenti karena tidak ada biaya untuk melanjutkan. Bersamaan itu saya  dapat tawaran kuliah gratis Diploma 2 IAIN. Yang D2 ini selesai. Karena saat ini semua guru harus Sarjana S1 (Diploma IV) saya melanjutkan ke S1 STAI, Alhamdulillah selesai. Berkeinginan untuk mengembangkan diri, saya kuliah ke Pasca Sarjana Ilmu Pendidikan Agama Islam di UIN, sudah satu semester dan dapat nilai saya berhenti, tidak sampai selesai karena tidak sanggup biayanya.

Saat di bangku kuliah ini, saya kuliah sambil bekerja. Banyak pekerjaan yang saya lakoni saat itu. Dari petugas kebersihan, penjaga mesjid, jual koran, bekerja bersama para nelayan. Di organisasi dan yayasan saya ikut bergabung dan melakoni.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline