Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Aldy Fahriansyah

Oh, hai. Saya gasuka nulis, hanya sedang tersesat di internet.

Sebelum Sayang pada Orang Lain, Sayangi Dulu Diri Sendiri

Diperbarui: 30 Oktober 2022   00:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi self love, mencintai diri sendiri(SHUTTERSTOCK/Krakenimages.com)

Sejauh ini, Saya sebagai manusia biasa saja merasa hidup ini gini-gini aja, bosan. Ternyata setelah ditelaah dan melakukan sedikit introspeksi kepada diri sendiri.

Ada satu hal yang menjadi letak kesalahan yang menjadikan hidup ini menjadi terasa membosankan, yaitu karena Saya sering berekspektasi bisa selalu membahagiakan orang lain. 

Ekspektasi tersebut selalu muncul, seakan-akan menjadi sebuah kewajiban, dan jika hal tersebut tidak tercapai maka akan terbentuk kekecewaan tersendiri yang membuat kehidupan ini menjadi terasa flat, merasa tidak bisa menikmati hidup sepenuhnya.

Setelah dilihat lebih jauh lagi, rasa ingin membahagiakan orang lain ini merupakan sebuah bentuk dari rasa sayang Saya kepada orang lain. Ya, memang menyayangi orang lain itu adalah suatu kewajiban bagi setiap makhluk yang hidup di dunia ini. 

Sejak kecil kita sudah diajari oleh orang tua agar selalu senantiasa dapat saling menyayangi satu sama lain. Seperti yang dikatakan oleh Socrates, kita hidup di dunia ini bukan sebagai orang yang primordial saja, tetapi sejatinya adalah "Citizen Of The World" atau warga dunia.

Artinya, selama kita masih hidup di dunia yang sama yaitu di planet bumi, maka sudah seharusnya kita dapat menyayangi orang lain tanpa memandang suku, bangsa, agama dan sebagainya.

"Berlakulah seperti socrates. Tidak pernah membalas pertanyaan daerah asalnya dengan 'Saya orang Athena' atau 'Saya dari Korintus', tetapi selalu menjawab, 'Saya adalah warga dunia". -Epictetus (Enchiridion)

Tetapi menyayangi orang lain akhir-akhir ini esensinya terkesan berbeda. Seperti yang disampaikan di awal tulisan bahwasanya setiap orang saat ini suka berekspektasi untuk selalu membahagiakan orang lain.

Padahal membahagiakan orang lain sejatinya bukan merupakan suatu kewajiban. Bahkan banyak orang yang dimanfaatkan rasa sayangnya oleh orang lain. 

Ada yang dimanfaatkan effortnya/tenaganya, ada yang dimanfaatkan harta bendanya, bahkan ada juga yang dimanfaatkan nyawanya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline