Lihat ke Halaman Asli

Muhammad SyaifulArief

Roosibun writer

Summer Camp: Multikulturalisme di Indonesia dan Jerman

Diperbarui: 22 Oktober 2022   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Perkemahan musim panas ini ditujukan sebagai urgensi merangkul, mengajar agar melek tentang keragaman. Intensif kamp diadakan pada tanggal 3-6 oktober 2022, 4 hari 3 malam di Segajih. Pesertanya terdiri dari mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta S1 departemen sastra Inggris, Jerman dan S2 Penididkan IPS. 

Kemudian ada juga dari mahasiswa dan dosen dari universitas Munster German departemen matematika, bahasa inggris, agama. Kita duduk sama rata di pendopo, bertukar nalar untuk mendapatkan wawasan dan pengalaman baru tentang kearifan dan nilai-nilai lokal.

Kamp intensif membangun pentingnya multikulturalisme dan fokus mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk menyebarkan kesadaran inklusif dalam komunitas global. 

Setelah itu diharapkan mahasiswa pada tanggal 7-14 oktober 2022 mengimplementasikan nilai-nilai keagaman dengan mengunjungi sekolah-sekolah yang ada di Yogyakarta seperti: SMA Kolese De Britto, SD Muhammadiyah Sapen, SMA Negeri 3 Yogyakarta dan Sekolah Marginal di Badran.

Banyak masyarakat Indonesia yang menafikan semboyan bangsanya sendiri menutup diri mengenai keragaman. Mereka yang dizona nyaman berpegang teguh bahwa kebenaran yang mutlak ada di agamanya. Merasa benar dan menilai buruk seseorang jika berfoto dengan yang tidak berkerudung. 

Hal-hal inilah yang akan menyebabkan konflik, dominasi dan kompetisi dalam masyarakat majemuk.

Dalam diskusi mengenai multikulturalisme di Segajih kulon Progo. Kita disuruh memahami dengan cepat oleh fraw Kordzula atau dalam akademisi prof. Kordzula dan Julian. Saling berhadapan dengan lawan bicara untuk mendiskusikan beberapa sub-tema:

Nama

Seseorang dapat dengan mudah mengetahui latar belakang hanya berlandaskan mengenal namanya. Mereka yang dari Islam akan memakai nama-nama Islam, mereka yang dari Medan akan mengaitkan nama belakangnya dengan marga. Sedangkan mereka yang dari suku jawa akan memanggilnya dengan sebutan mas dan mbak, sebaliknya dari suku sunda akan di panggil akang dan teteh.

Begitupun puak-puak bangsa germanik yang berbeda-beda seperti deutsch merupakan suku puak germanik yang tinggal di bagian utara. Alleman yang tinggal dibagian selatan. Sachsen puak yang tinggal dibagian timur german sekarang bahkan nama german itu nama dari dewi pelindung bangsa-bangsa germanik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline