Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Andi Firmansyah

TERVERIFIKASI

Mahasiswa Ilmu Politik

Menjadi "Psikolog" untuk Diri Sendiri

Diperbarui: 14 November 2021   14:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum mengeluh pada orang lain, kita mesti belajar untuk menjadi "psikolog" atas diri sendiri | Ilustrasi oleh Simed Black via Pixabay

Ketika kebanyakan orang mulai berkeinginan untuk mengubah hidupnya, mereka sering fokus pada semua hal eksternal yang melingkupinya. Namun kenyataannya, mengubah hidup selalu dimulai dengan mengubah cara kita melihat segala sesuatu dalam hidup kita.

Kita sering terjebak dalam persepsi palsu bahwa dunia ini menjengkelkan, dan bagaimanapun juga tidaklah adil. Tetapi sebelum melihat tentang bagaimana dunia memperlakukan kita, bukankah yang lebih penting adalah melihat diri kita sendiri sebagai subjeknya?

Dalam banyak kesempatan, cara kita melihat masalah adalah masalah itu sendiri.

Kita semua kerap mendistorsi persepsi kita sendiri akan realitas. Dan celakanya, kita sering tidak menyadari itu. Tidak setiap orang mampu memeriksa dirinya, tetapi semua orang punya potensi untuk melakukannya.

Menempatkan diri sendiri pada posisi yang tepat menjadi keterampilan langka seolah-olah hanya bisa dilakukan oleh profesional. 

Ketika seekor ikan bermimpi dapat terbang seperti burung, bukan tugas Anda untuk melayangkannya ke sebuah pohon.

Tugas Anda adalah memberitahu ikan tersebut tentang jati dirinya yang sejati dan bahwa impiannya itu sama seperti bunuh diri.

Begitu pula pendekatan dengan diri sendiri yang memerlukan kehati-hatian dan perenungan. Di kala Anda berpikir dunia adalah tentang kekacauan dan tidak ada hal lain selain itu, mungkin persepsi Anda sendirilah yang kacau.

Filsuf Arthur Schopenhauer menulis bahwa kesadaran terdiri dari dua bagian: subjek dan objek. Pikiran subjek berperan sebagai "pelihat" dan objek sebagai "yang terlihat". Baginya, selalu ada sesuatu yang "terlihat" dan selalu ada sesuatu yang "melihat".

Pada umumnya, kita adalah subjek dari kesadaran kita, sedangkan beberapa hal eksternal yang masuk ke dalam kesadaran kita adalah objeknya. Kopi yang tengah saya nikmati adalah objek kesadaran saya. Laptop juga merupakan objek kesadaran saya saat ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline