Malam yang Sepi
Oleh Mugiarni
Aku sering terbangun di tengah malam, hatiku gundah gulana. Rasa penyesalan dan kesedihan selalu menghantuiku, membuatku sulit untuk kembali tidur.
Dalam kesendirian malam, aku hanya bisa mengadu kepada Allah, mencurahkan semua isi hatiku kepadaNya. Aku mohon ampunan atas segala kesalahanku, dan aku mohon kekuatan untuk menghadapi hari-hari yang akan datang.
Aku sering bertanya kepada diri sendiri, apakah aku sudah menjadi istri yang baik untuk suamiku. Apakah aku sudah bisa membahagiakannya? Apakah aku sudah bisa menjadi ibu yang sempurna untuk anak-anakku?
Jawabannya selalu tidak. Aku merasa aku selalu kurang, selalu ada yang bisa dilakukan dengan lebih baik. Aku selalu merasa gagal.
Dalam kesedihan yang melanda, aku selalu teringat akan kata-kata suamiku.
"Jangan pernah menyesali apa yang telah terjadi," katanya kepadaku suatu malam. "Yang penting adalah kita belajar dari kesalahan kita dan menjadi lebih baik di masa depan."
Kata-kata suamiku selalu menjadi penguatku di saat-saat sulit. Aku selalu berusaha untuk mengingat nasihatnya dan menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Suatu malam, aku terbangun lagi di tengah malam. Aku merasa sangat sedih dan kesepian. Aku pun keluar dari kamar dan pergi ke ruang tamu.