Lihat ke Halaman Asli

H. Muchtar Bahar

Ingin hidup lebih lama untuk berbagi

Kampung Santri, Jorong Gajah Mati Lawang

Diperbarui: 22 April 2021   12:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

    "Dek sakato makonyo ado, dek sakutu makonyo maju, dek ameh makonyo kameh, dek padi makonyo jadi".

Bukan lah April "Mop", pada tanggal 1 April 2021 adalah sebuah peristiwa yang tidak terlupakan yang terjadi di Jorong (Dusun) Gajah Mati. Saat itu sebelum azn shubuh, Jorong ini mendapat musibah angin kencang, yang mengakibatkan sejumlah fasilitas Madrasah Diniyah Awaliayah Tarbiyah ini (MDAT) rusak. Atap aula serba guna, teras sekolah, sebagian atap sekolah dan bangunan sekitar nya.  MUsibah ini mengakibatkan kerugian sebesar Rp. 150.000.000 dan terhentinya beberapa hari kegiatan santri dan pengajian orang tua santri dan  warga.

Musibah itu, dengan cepat tersebar dari pengajian ke pengajian, dari "lapau ka lapau", dari "Surau ke Surau", melaui medsos dan media cetak di Sumatera Barat.  

Falsafah adad Minangkabau, "Kaba baiak baimbauan, kaba buruak bahambauan" di tegakkan dalam kehidupan sehari hari. Kabar baik dihimbaukan/dikabarkan secara terbuka, kabar buruk dihambaukan/dikabarkan oleh inisiatif yang tidak terlihat dan tidak pula bergegas.

Dua hari setelah musibah ini, masyarakat sekitar melaksanakan "goro" gotong royong, membersihkan puing dan bekas kerusakan di lingkungan MDAT Ini. Donasi, infak, shadaqah dari worang tua santri dan masyarakat Nagari Lawang, ber "hamburan" diberikan ke Pengelola MDT. Infak yang sama juga di terima melalui kepedulian jaringan MDAT di Canduang, jaringan perantau di Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Hingga hari ke 20 sejak musibah terjadi  (21 April 2021) Ust Savenday Khatik Mantari, S.Ag Pimpinan MDAT,  menginformasikan telah terkumpul  hampir Rp. 24.000.000.  Karena nya proses perbaikan kerusakan yang terjadi memungkinkan dilakukan lebih cepat.

"Dek sakato makonyo ado, dek sakutu makonyo maju, dek ameh makonyo kameh, dek padi makonyo jadi", dijabarkan secara nyata. 

Madrasah Diniyah Awaliayah Tarbiyah ini (MDAT) dimulai tahun 1953, artinya saat itu usia  saya baru tiga tahun. Ketika belajar di SD Bansa, Katapiang  saya mengenal ada tiga MDA, MDAT Gajah Mati ini, MDAT Perti, Katapiang dan MDA Bansa. MDAT Perti Katapiang dengan guru Pak Etek alm. Imam Rajo Bagindo. Wah segar kembali, kalau pulang kampung, selalu diajak beliau ke Mushalla Surau Pulau Koto, shalat Magrib dan Shalat Shubuh. Bukan sekedar menjadi jamaah, beliau selalu meminta saya untuk, berbagi pada jamaah lain, seperti " kultum" kira kira. 

Sejak hampir tujuh puluh, MDAT selalu mengembangkan fasilitas untuk belajar dan fasilitas untuk  ngaji, belajar dan shalat berjamaah. Kemudian tahun 1970  bekerja sama dengan tokoh masyarakat, orang tua dan perantau Jorong Gajahmati di beberapa daerah, pembangunan berlanjut, lokasi nya berada ratusan meter sebelum Puncak Lawang, Jorong Gajahmati diatas tanah wakaf. Pada tahun 2005 dilakukan renovasi ruang belajar,   menyusul pembangunan  fasilitas lain, sesuai dengan visi dan misi MDAT ini.

Dimana Visi dari MDAT adalah  "Terciptanya generasi yang memiliki iman yang kuat, ibadah yang taat dan memiliki akhlak yang mulia". Dalam konteks itu maka  lingkungan MDAT ini dinamakan "Kampuang Santri" ptada tahun  sejak  2018. Kampuang Santri ini merupakan sebuah lingkungan mewadahi  sejumlah kegiatan belajar dan pembinaan para santri serta masyarakat sekitar. Diantaranya pendidikan seni dan budaya, pelatihan-pelatihan praktek keagamaan bagi generasi muda  sepert : pelatihan penyelenggaraan jenazah, pidato, khutbah Jum'at untuk mencetak kader-kader imam khatib. Bersamaan dengan itu berjalan pembinaan olah raga seperti silat, karate dan olah  raga  bulu tangkis, tenis meja, futsal, volly ball dan  sepak takraw.

Keseluruhan santri MDAT ini mencapai 150 orang. Proses ajar mengajar, dua rombel sore dan dua rombel malam hari. Rombel pada malam hari (ba'da Magrib hingga Shalat Isya).  Kegitan belajar kembali normal,  sejak awal Ramadhan 1442 yang lalu, karena  cepat nya perbaikan fasilitas yang rusak.

Untuk kegiatan pada hari Ahad, santri wanita dan pria dengan pengelompokan sesuai dengan tingkat umur nya, Yakni kelompok Hasan, TK dan SD dan kelompok Huein (SMP sederajat). Sementara untuk santri wanita adalah   kelompok Siti Khadijah dan kelompok Siti Aisyah. Fasilitas MDAT seperti aula, surau dan ruangan kelas, juga dihunakan oleh masyarakat sekitar untuk pengajian rutin, musyawarah dan kegiatan layanan oleh Pemerintah Nagari Lawang dan Kecamatan Matur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline