Lihat ke Halaman Asli

Muchammad Ferry Verdian

Artikel Media Sosial

Sektor Lahan Pertanian di Jawa Timur

Diperbarui: 30 November 2021   18:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto lahan pertanian. Foto: Ferry

Baru-baru ini sistem pertanian di Indonesia sangatlah menguntungkan. Dikutip dari kompas.com bahwa petani di Indonesia khususnya yang ada di Kediri bahwa untung petani dapat ungtung sampai Rp. 19.000.000 per hektar. Harga tersebut merupakan harga untuk hasil panen yang terdapat pada Desa Sambirejo, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri. Petani di Kabupaten Kediri memaparkan bahwa ia cukup untung. Sehingga kita tidak boleh meremehkan pekerjaan orang lain, karena pekerjaan sekecil apapun dapat memperoleh keuntungan yang cukup besar jika dilakukan dengan tekun.

Sebagian besar petani yang ada di Kabupaten Malang, enggan dalam menjual lahan pertaniannya. Hal tersebut dilakukan karena lahan pertanian merupakan sumber kehidupan yang pertama. Selain itu, harga lahan atau tanah semakin tahun akan semakin meningkat. Berbeda hal nya dengan barang elektronik yang semakin hari semakin turun harganya.

"Lahan pertanian ini adalah warisan keluarga saya. Saya tidak mungkin menjual lahan pertanian ini demi keuntungan saya sendiri. Bahkan jika keluarga saya mengalami masalah keuangan, maka saya tetap berusaha menyelesaikannya tanpa menjual lahan pertanian ini," ujar Pak Dani sebagai salah satu petani di Kabupaten Malang.

Semakin berganti tahun, lebih tepatnya tahun semakin meningkat maka harga untuk lahan dan tanah juga semakin meningkat pula. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah lahan yang tersedia di Kota Malang. Dilansir dari jawapos.com bahwa jumlah lahan pertanian di Kota Malang semakin menyempit setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena adanya alih fungsi lahan menjadi permukiman. Seperti yang kita ketahui bahwa pertumbuhan manusia di negara juga semakin maju untuk setiap tahunnya.

" Menurut saya Kota Malang merupakan salah satu kota yang dituju oleh sebagian penduduk yang menempati provinsi Jawa Timur. Karena Kota Malang adalah kota pendidikan setelah Kota Surabaya. Membangun pemukiman warga menjadi salah satu yang menguntungkan bagi orang bisnis. Sehingga saya membangun perumahan sebagai pemukiman warga dengan mengambil keuntungan yang besar," ujar Pak Hamid.

"Disini saya juga tahu, bahwa untuk membangun pemukiman warga maka saya membutuhkan lahan pertanian yang cukup besar juga. Saya juga sadar bahwa dengan dibangunnya lahan pertanian maka jumlah lahan pertanian di Kota Malang juga semakin sedikit," lanjut ujar Pak Hamid.

Berdasarkan survey yang telah dilakukan, bahwa sebagian petani di Kota Malang kehilangan lahan pertaniannya karena dibangunnya pemukiman warga. Akan tetapi, terdapat beberapa petani yang masih mempertahankan lahan pertaniannya karena berdasarkan hasil wawancara petani tersebut mengatakan bahwa harga untuk tanah semakin tahun maka semakin meningkat.

"Saya tidak mau menjual lahan pertanian ini, karena harga tanah semakin tahun semakin meningkat. Sehingga tanah ini akan menjadi tabungan bagi saya dan keluarga saya nanti," ujar Pak Dani.

Lahan pertanian tentu semakin berkurang dari tahun ke tahun. Dampak yang terjadi ialah kebutuhan pangan tentu akan semakin berkurang, sehingga Wasto sebagai Sekretaris Daerah Kota Malang memaparkan harus ada solusi terkait permasalahan ini.

Data Dinas Pertanian, luas lahan pertanian di Kota Malang saat ini tersisa 821 hektare. Padahal, pada 2011 silam masih ada 1.300 hektare. Sedangkan, jumlah petani pemilik lahan dengan luas di bawah 2 hektare pemegang kartu dari Pemkot Malang, hanya sebanyak 533 petani.

Oleh: Muchammad Ferry Verdian-Jurusan Akuntansi-Universitas Muhammadiyah Malang




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline