Lihat ke Halaman Asli

@Bapaksocio_

Pengajar dan juga Pembelajar Aktif

Pemakaian AI di Ruang Ajar, Haruskah Guru Takut?

Diperbarui: 24 April 2025   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pendidikan di era teknologi (Sumber: Pixabay)

Kemunculan ChatGPT dan berbagai alat AI lainnya telah mengubah banyak hal dalam waktu singkat. Di sekolah, sebagian guru mulai khawatir: apakah teknologi ini akan menggantikan peran mereka? Tapi mungkinkah justru AI bisa menjadi mitra dalam mendidik generasi masa depan?

Dalam beberapa bulan terakhir, dunia pendidikan mengalami guncangan yang tak terduga—bukan karena kurikulum baru, bukan juga karena ujian nasional, tetapi karena kecerdasan buatan (AI).

Nama-nama seperti ChatGPT, Canva AI, QuillBot, dan Grammarly AI semakin sering terdengar di kalangan guru dan siswa. Di satu sisi, alat-alat ini membantu siswa menyusun esai, menjawab soal, bahkan membuat presentasi. Di sisi lain, muncul kekhawatiran: apakah ini berarti siswa tidak belajar sungguh-sungguh? Apakah AI membuat siswa malas berpikir? Dan lebih dari itu: apakah AI akan menggantikan guru?

Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Di beberapa sekolah, guru menemukan tugas yang "terlalu sempurna", tanpa kesalahan, dan mirip hasil mesin. Ada rasa tidak nyaman saat mendapati siswa lebih memilih bertanya pada chatbot daripada pada gurunya.

Namun mari kita jujur: bukankah dunia memang sedang berubah? Bukankah anak-anak hari ini hidup dalam dunia digital yang menuntut kecepatan, efisiensi, dan kemampuan beradaptasi?

Pertanyaannya bukan lagi: "Bagaimana menghentikan AI?" Tapi: "Bagaimana mendidik dengan kehadiran AI?"

AI Bukan Musuh, Tapi Mitra

AI bukanlah pengganti guru. AI tidak punya empati, tidak mengerti konteks sosial-budaya, tidak bisa membaca ekspresi bingung seorang siswa yang takut bertanya. AI bisa memberi informasi, tapi hanya guru yang bisa memberi makna.

Maka yang perlu dilakukan adalah redefinisi peran guru. Dari pusat informasi, menjadi fasilitator pembelajaran yang bermakna. Dari pemberi tugas, menjadi pendamping refleksi dan diskusi. Dari satu-satunya sumber kebenaran, menjadi penjaga nalar kritis dan etik.

Dengan AI, guru bisa:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline