Waktu di Handphone menunjukkan pukul 04.23 WIB ketika alarm berbunyi dan membangunkan saya dari tidur di hari Minggu. Pikir saya wah lumayan nyantai dulu sebelum waktu shalat subuh yang akan datang kira-kira 20 menit kemudian. Sayapun bersantai dg kembali ambil posisi tidur dg harapan 20 menit kemudian bangun dan masih ada cukup waktu sholat Subuh berjamaah di masjid. Namun apa hendak dikata, ketika mata ini terbuka kembali ternyata waktu telah menunjukkan pukul 05.52 WIB. Wah lagi-lagi kesiangan nih. Kenapa saya bilang lagi-lagi, karena fenomena ini menimpa saya tiap akhir pekan yaitu Sabtu dan/atau Minggu, sementara di hari Senin-Jumat (hari kerja) berjalan aman-aman saja.
Kerja di Jakarta menuntut bangun lebih pagi untuk menghindari kemacetan yang kian akut. Pukul 03.45 WIB dan setelat-telatnya 04.15 WIB saya sudah terjaga, selanjutnya aktivitas mandi, ibadah, makan pagi bisa diselesaikan sampai pukul 05.40 WIB. Selebihnya saya masih punya kesempatan naik motor pergi ke masjid untuk sholat subuh berjamaah. Bangun lebih dari 04.30 WIB di hari kerja sudah masuk kategori kesiangan bagi saya.
Dengan sering kesiangan di akhir pekan membuat saya bertanya, apakah sholat saya subuh berjamaah di masjid tiap hari kerja murni karena Allah SWT atau karena ketakutan saya berangkat kesiangan yang bisa berpengaruh kepada kondite pekerjaan saya. Mengapa saya bisa disiplin di hari Senin-Jumat tetapi amburadul di akhir pekan. Nampaknya kontemplasi lebih dalam harus dilakukan karena kekhawatiran saya bahwa kedisiplinan tersebut muncul lebih karena ketakutan saya pada dunia, pada pekerjaan bukan kepatuhan saya pada Allah SWT.
Bukannya segala amal tergantung pada niatnya, apabila niat saya karena dunia bagaimana mungkin amal saya diterima. Tampaknya saya harus kembali meluruskan niat agar menjalankan kedisiplinan bangun pagi karena niat beribadah Subuh kepada Allah SWT. Wong sholat sunah 2 rakaat sebelum Subuh saja lebih baik dari dunia dan seisinya lho, kenapa niat saya lebih ketakutan pada hal yang bersifat duniawi.
Ada dalil yang menunjukkan keutamaan shalat sunnah qobliyah Shubuh yaitu hadits dari 'Aisyah di mana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Dua raka'at fajar Dua raka'at fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya." (HR. Muslim no. 725).
Jika keutamaan shalat sunnah fajar saja demikian adanya, bagaimana lagi dengan keutamaan sholat subuh itu sendiri.
Saya meyakini kedisiplinan dapat dilatih karena hal itu hanya masalah kebiasaan yang harus diulang-ulang. Tapi agar kedisiplinan itu lebih dahsyat lagi maka harus ditambahkan sentuhan ruhani dengan cara meniatkan disiplin itu kepada sang Pencipta, sehingga seluruh amal kita bisa menjadi lebih bermakna. Ah rupanya saya yang harus melakukan hal tersebut terlebih dulu, ternyata.....