Lihat ke Halaman Asli

Memaknai Sumpah Pemuda di Masa Kini dari Kacamata Sejarawan

Diperbarui: 28 Oktober 2020   04:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

kita baru saja memperingati Hari Sumpah Pemuda. Menurut sejarawan, Hari Sumpah Pemuda merupakan pengingat bagi kita semua bahwa perjuangan belum selesai. Perjuangan pemuda di masa lalu dan kini memang berbeda tapi tetap memiliki tujuan yang sama, yakni menjaga kesatuan dan persatuan Indonesia.

Sumpah Pemuda yang digaungkan pada 28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta) merupakan tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Sumpah pemuda merupakan keputusan Kongres Pemuda Kedua yang saat itu diselenggarakan selama dua hari, yakni 27-28 Oktober 1928. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.

Ada tiga cita-cita yang terkandung dalam Sumpah Pemuda, yakni menginginkan "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia".

Berikut ini adalah bunyi tiga keputusan kongres tersebut sebagaimana tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda. Penulisan menggunakan ejaan van Ophuysen.

Pertama:

Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoea:

Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga:

Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Memaknai Sumpah Pemuda

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline