Pertemuanku dengan Ibu Heidi Awuy di Kebangunan Rohani kharismatik yang diadakan setiap Jum'at pertama di Wisma Prisma Kedoya, oleh Elisabeth ministry (tentunya sebelum Pandemi ya), mendorongku untuk mewawancari beliau.
Apalagi menyaksikan sendiri jari jemari lentik Ibu Heidi yang mendentingkan harpa, membawa jiwa berkelana memuji Tuhan dan karya-Nya. Bukan itu saja, Ibu Heidi senantiasa penuh perasaan mendentingkan setiap nada indah harpanya, disertai senyum dan kadang mata terpejam penuh ekpresi dan inspirasi.
Mengapa Ibu Heidi terpaut hatinya dengan Harpa, alat music yang tergolong mahal, namun amat agung dan anggun nadanya jika dipetik, sungguh mendorong hasrat saya untuk mengetahuinya.
Ibu Heidi memfokuskan minatnya pada harpa dengan berguru kepada sederet nama pakar harpis international seperti Lieve Van Oudhesem , Manon Le compte, Lucille Brais, Sebastien Lipman, Maria Rosa Calco-Manzano, Alexandre Bonnet. Hal ini membuat membuatnya terpilih sebagai duta World Harp Congress untuk Indonesia event besar para harpist sedunia, yang diadakan setiap 3 tahunan.
Walaupun seorang solis harpa masih menjadi barang langka di Indonesia, namun Ibu Heidi Awuy berani memutuskan bahwa harpa adalah instrumen musik pilihannya.
Pendidikan musik formalnya dimulai di Institue de Musique Jaques Dalcroze Jenewa -- Swiss, Trinity College of Music- London dan di Ottawa University - Kanada, dimana dia berhasil meraih pengakuan atas prestasi dan bakat musikalnya.
Lahir di Bern, Swiss -- 23 Oktober 1962. Putri dari bapak Thobias Awuy dan ibu Paule Lavigne. Kedua orang tua nya memang sangat musical jadi didalam rumah selalu ada music, entah mama yang main piano atau ayah yang main guitar sambil bernyanyi.
Istri dari Glenn Tumbelaka dan Ibu dari 4 orang anak, Bella-Iswara, Cucu Gianina,dan Gavriel . Helena, Arnold, dan Ariel, ini aktif melayani sebagai pewarta dan pendoa. Sebagai mentor dari komunitas LOJF (Light of Jesus Family) Indonesia.
Music menjadi bagian kehidupannya yang cukup penting. :" Sejak dini saya sudah les piano dan tertarik berbagai jenis instrumen musik seperti recorder. dan mengikut banyak kegiatan music, tandasnya.
Tetapi baru diumur 8 tahun ketika melihat seorang pemain harpa untuk pertama kali di televisi saat natal dan memainkan lagu natal...seperti mimpi rasanya alunan musiknya dan keanggunannya bermain harpa membuat dirinya mau belajar harpa dan langsung jatuh cinta sama alat music ini. Heidi kecil tertarik pada instrumen Harpa dia berkata "That's my instrument!" (itu adalah instrumen saya).
Dia segera ke Ibunya dan bilang " Mama saya mau belajar harpa" Meskipun saat itu sudah dengan rajin les piano. Jawaban Sang ibu sangat bijaksana: "Kalau latihan piano dengan sungguh sungguh nanti kalau saatnya sudah tepat kamu pasti akan belajar harpa .