Pertemuanku  dengan  Ibu  Heidi  Awuy  di  Kebangunan  Rohani  kharismatik yang  diadakan  setiap  Jum'at  pertama  di  Wisma  Prisma  Kedoya, oleh  Elisabeth ministry (tentunya  sebelum  Pandemi  ya), mendorongku  untuk  mewawancari  beliau.
Apalagi  menyaksikan  sendiri  jari jemari   lentik  Ibu  Heidi  yang  mendentingkan  harpa, membawa  jiwa  berkelana  memuji  Tuhan  dan  karya-Nya. Bukan  itu saja, Ibu  Heidi  senantiasa  penuh  perasaan  mendentingkan  setiap  nada  indah  harpanya, disertai  senyum  dan  kadang  mata  terpejam  penuh  ekpresi  dan inspirasi.
Mengapa  Ibu  Heidi  terpaut  hatinya  dengan  Harpa, alat  music  yang  tergolong  mahal, namun  amat  agung dan  anggun  nadanya  jika  dipetik, sungguh mendorong  hasrat  saya  untuk mengetahuinya.
Walaupun seorang solis harpa masih menjadi barang langka di Indonesia, namun Ibu  Heidi Awuy berani memutuskan bahwa harpa adalah instrumen musik pilihannya. Â
Pendidikan musik formalnya dimulai di Institue de Musique Jaques Dalcroze Jenewa -- Swiss, Trinity College of Music- London dan di Ottawa University - Kanada, dimana dia berhasil meraih pengakuan atas prestasi dan bakat musikalnya.
Istri dari Glenn Tumbelaka dan Ibu dari 4 orang anak, Bella-Iswara, Cucu Gianina,dan  Gavriel . Helena, Arnold, dan Ariel,  ini  aktif melayani sebagai pewarta dan pendoa. Sebagai mentor dari komunitas LOJF (Light of Jesus Family) Indonesia.
Music menjadi bagian kehidupannya  yang  cukup penting. :" Sejak dini saya sudah les piano dan  tertarik berbagai jenis instrumen musik seperti recorder. dan mengikut banyak kegiatan music, tandasnya.
Tetapi baru diumur 8 tahun ketika melihat seorang pemain harpa untuk pertama kali di televisi saat natal dan memainkan lagu natal...seperti mimpi rasanya alunan musiknya dan keanggunannya bermain harpa membuat  dirinya  mau belajar harpa dan langsung jatuh cinta sama alat music ini. Heidi kecil tertarik pada instrumen Harpa dia berkata  "That's my instrument!" (itu adalah instrumen saya).