Lihat ke Halaman Asli

Nasib Buku di Tengah Konflik Rusia-Ukraina

Diperbarui: 1 Juli 2022   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu perpustakaan yang rusak di Kota Chernihiv, Ukraina. Sumber foto: Sergey Dolzhenko (EPA-EFE)

Dilihat dari luar, tumpukan buku menutupi jendela sebuah bangunan di Kyiv, Ukraina. Pemandangan itu dipotret oleh Lev Shevchenko, kemudian tersebar di dunia maya. Bukan untuk dibaca, buku-buku itu ditempatkan sedemikian rupa sebagai barikade. 

Saat damai, buku adalah jendela dunia. Ketika perang berkecamuk, buku jadi penghalang di jendela rumah. Apa gunanya? Untuk melindungi penghuni dari pecahan kaca kalau ada bom meledak. Ironis. 

Sejauh ini, berita utama seputar serangan militer Rusia ke Ukraina menyoroti kekhawatiran akan gangguan pasokan energi dan pangan. Dampaknya terhadap dunia perbukuan kurang diperhatikan. Padahal, buku berguna untuk menjaga kewarasan manusia di tengah kegilaan perang.

Seiring konflik yang memanas, Ukraina tampaknya ingin menghapus Rusia dari khazanah pustaka mereka. 

Sebaliknya, Rusia tidak mau negara tetangganya itu memiliki wajah budaya yang bebas dari bayang-bayang "Tirai Besi". Siapa yang jadi korban? Rakyat yang membutuhkan pengetahuan utuh dan saling melengkapi---walaupun seperti bertentangan---lewat beragam buku.

Ombudsman Hak Asasi Manusia Ukraina Lyudmyla Leontiyivna Denisova melaporkan hampir 60 perpustakaan di wilayah Ukraina yang menjadi sasaran Rusia rusak dan hancur. 

Menurutnya, tentara Rusia juga menyita dan menghancurkan buku sejarah dan sastra Ukraina (International Business Times, 26/5/2022).

Ukraina juga menganggap buku sebagai "senjata budaya" Rusia yang berbahaya. Setelah Negeri Beruang Merah itu mencaplok Krimea pada tahun 2014, pemerintah Ukraina mempersempit ruang gerak peredaran buku Rusia. 

Mereka berdalih ingin melindungi rakyat Ukraina dari penyimpangan informasi dan melawan ideologi kebencian, fasisme, serta separatisme. Oleh karena itu, mereka melarang peredaran 38 judul buku dari Rusia pada tahun 2015.

Pada Desember 2016, Presiden Ukraina saat itu, Petro Oleksiyovych Poroshenko, melarang impor buku dari Rusia. Penerbit-penerbit asal Rusia yang menguasai 50% lebih pasar buku Ukraina pun terpaksa "tiarap". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline