Lihat ke Halaman Asli

Menunggu Kepulangan Kompas Intelektual Humanis IMM Sulut

Diperbarui: 30 November 2021   20:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[Foto Pribadi Wisuda: Direktur MI ASM||RPK IMM Sulut]

Adalah patahan menukik jika menarik, sederet tradisi, konsepsi, persepsi atau apa yang biasa kita sebut dalam bahasa Jerman "Welthanschauung"--yang terdiri dari Welt ('dunia') dan Anschauung ('pandangan'). 

Ini adalah konsep dasar filsafat dan epistemologi Jerman dan mengacu pada persepsi dunia luas. Selain itu, sederhananya kata ini mengacu pada kerangaka kerja ide dan kepercayaan ketika suatu individu, kelompok, atau budaya menafsirkan dunia dan berinteraksi dengannya.

Tradisi Humanisme sendiri, sebagai sebuah nilai interen, ia telah hidup dan sedang 'menjadi' dalam cara kerja pandang kader-kader IMM Sulut sampai saat ini. 

Lalu apa yang membuat ia ada dan menjadi syarat penopang secara prosedural dan untuh bagi kita? Pertama, adalah tradisi Intelektual yang telah dibangun lewat struktur DPD IMM Sulut, sejak Kanda Jaja Citrama memegang tampuk kepemimpinan IMM dan berlanjut hingga hari ini. 

Kedua, adalah Bidang Riset pengembangan Keilmuan DPD IMM Sulut, yakni Kanda Rohit Mahatir Manese yang sejak awal sampai hari ini telah membuat suatu "Grandnarrative" secara rapi, yang itu telah menjadi "masterpiece" Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Sulawesi Utara. 

Adalah Madrasah Intelektual Ahamad Syafii Maarif (MI ASM)--lembaga ini diinisiasi oleh sekelompok kader IMM Sulut yang memiliki ketertarikan terhadap pemikiran, sikap hidup serta komitmen intelektual Buya di ruang publik, meski tanpa sekalipun bersua wajah dengan Buya. Namun demikian, spirit keilmuan, pemikiran dan karakter Buyalah yang memukau anak-anak muda ini untuk memantapkan diri meneladani jalan sunyi intelektualisme Buya. Membaca buku-buku Buya hingga artikel beliau yang terbit hampir dalam hitungan pekan itu adalah cara mereka mendekatkan diri dengan Buya. (Jaja Citrama: 2021)  Dan melalui Bidang Riset Pengembangan Keilmuan DPD IMM Sulawesi Utara (Kanda Rohit Mahatir Manese); imajinasi itu berjalan dalam rumusan torema dasar yang ditetapkan, sebagai acuan: "Menjadikan Madrasah Intelektual Ahmad Syafii Maarif sebagai pusat gerakan keilmuan dan pembaharuan pemikiran yang berbasis pada Intelektualisme Ahmad Syafii Maarif".

***
Setelah dua tahun meninggalkan Sulawesi Utara, dalam melanjutkan Program Pascasarjana di Universitas Negri Islam Sunan-Kalijaga di Yogjakarta. Pada hari ini, haru dan rindu pun sedang meliputi IMM Sulawesi Utara, setelah dikabarkan Kanda Rohit Mahatir telah melaksanakan Wisuda dengan predikat Cumlaude, setelah mempertanggungjawabkan Tesisnya: "Pembatasan Kebebasan Beragama di Indonesia Serta Implikasinya". Pada Program Studi Interdisiplinary Islamic Studies Pascasarjana UIN Suka. 

Harus diakui, tidak mudah memang menempuh jalan intelektualisme. Butuh energi dan mental di atas rata-rata. Menjadi intelektual sebagaimana halnya Buya, bukan semata-mata diukur dari kecerdasan berpikir, kepiawaian menyusun argumen dalam debat maupun tulisan, atau kemampuan memahami buku dengan berbagai teori yang rumit, namun juga harus dilengkapi dengan karakter diri yang kuat. 

Menjadi manusia yang selaras antara kata dan laku, merdeka dalam sikap, sederhana dalam hidup dan egaliter dalam relasi sosial adalah sekian dari karakter menonjol Buya. (Jaja Citrama 2021) Yang hampir keseluruhan, telah termanifestasi pada laku hidup sosok Kanda Rohit Mahatir Menese yang hari ini telah menjadi Kompas Intelektual Humanis di IMM dan Muhammadiyah Sulawesi Utara. 

Tak ada kata yang paling tepat, selain menunggu kepulangan dan bersua bersama, di tanah Nyiur-melambai Sulawesi Utara. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline