Manusia dilahirkan dengan fitrah kemerdekaan. Sejak lahir, setiap individu memiliki hak untuk tumbuh, berkembang, dan menentukan jalan hidupnya. Ki Hajar Dewantara (bapak pendidikan Indonesia) menegaskan bahwa pendidikan harus memanusiakan manusia yang berarti menghargai kodratnya sebagai insan merdeka yang mampu berpikir, berkarya, dan mengaktualisasikan potensinya.
Di dalam perspektif agama, kemerdekaan peserta didik adalah kodrat Allah SWT. Manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi (QS. Al-Baqarah: 30), yang berarti diberi kebebasan sekaligus tanggung jawab untuk mengelola potensi diri. Oleh karena itu pendidikan harus menjadi sarana untuk mewujudkan kemerdekaan, bukan justru membelenggunya.
Pendidikan sebagai Proses Pengembangan Potensi Diri
Pendidikan bukan sekadar transfer pengetahuan, melainkan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya secara sadar dan terencana. Dalam konsep paradigma konstruktivisme, peserta didik adalah subjek yang membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungan. Peran pendidik hanyalah sebagai fasilitator, bukan pengendali mutlak.
Pendidikan sejatinya memberikan ruang bagi peserta didik untuk memproyeksikan masa depannya sendiri melalui usaha mengasah bakat, minat, dan kecerdasannya. Bukan untuk diproyeksikan oleh subjek yang membuatnya pasif. Jadi peserta didik tidak boleh dipaksa mengikuti skema tertentu yang justru mematikan kreativitas dan kemandirian berpikir.
Pendidikan yang Memproyeksikan vs Pendidikan yang Diproyeksikan
Terdapat perbedaan mendasar antara:
1. Pendidikan yang memproyeksikan peserta didik: Sistem ini mendorong siswa subjek yang aktif mengeksplorasi potensi diri, mengambil keputusan, dan merancang masa depannya sendiri. Contoh:
a. Sekolah yang menerapkan pembelajaran berbasis proyek, di mana siswa merancang solusi untuk masalah nyata.
b. Kurikulum yang fleksibel, memungkinkan siswa memilih mata pelajaran sesuai minat.
2. Pendidikan yang masa depan peserta didik diproyeksikan: Sistem ini menempatkan siswa sebagai subjek yang pasif yang harus mengikuti kehendak sistem, guru, atau birokrasi. Contoh: