Lihat ke Halaman Asli

Mochamad Syafei

TERVERIFIKASI

Menerobos Masa Depan

Bibir Merah Vina

Diperbarui: 20 Mei 2021   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay. Com

Malam terus merangsekkan rasa sepi ke dada Kamdi. Seharian mengerjakan rencana proyek yang harus segera diselesaikan nya, membuat badan Kamdi lumayan remek. 

"Ngopi? " tanya Kamdi pada dirinya sendiri. 

Kamdi tinggal sendiri di apartemen yang sudah sepuluh tahun mendekapnya ketika Kamdi kesepian. Dan berarti sudah sepuluh tahun pula Kamdi tak pulang kampung saat lebaran. 

Justru lebaran kemarin Kamdi pulang kampung. Emang rada aneh juga. Ketika pulang kampung tidak dilarang, Kamdi tak pulang kampung. Ketika pulang kampung dilarang, doi malah pulang kampung. 

Selama ini Kamdi tidak pulang kampung karena capek harus jawab pertanyaan "kapan kawin". Padahal, Kamdi sudah memutuskan untuk tidak kawin. 

" Kawin itu kan pilihan. "

Tapi, lagi lagi sejarah memang kadang membingungkan. Ketika Kamdi sudah memutuskan untuk tidak kawin, ketika pulang kampung kemarin, malah ketemu Vina. 

Bukan adik kelas, waktu sekolah. Usia Vina cukup jauh terpaut dengan usia Kamdi. Rumah Vina tak jauh dari rumah Kamdi. Sehingga ketika Kamdi pulang kampung, beritanya sampai juga ke telinga Vina. 

Entah kenapa juga. Ketika pas malam lebaran, Vina butuh orang untuk mengantar ke rumah neneknya. Vina mengantarkan sekadar makanan lebaran. 

Kamdi pada awalnya terpaksa. Kebetulan hanya ada dia di rumah itu. Dengan sepeda motor adiknya, Kamdi mengantar Vina. 

Di jalan, pegangan tangan Vina begitu erat. Sehingga mau gak mau, Kamdi memegang tangan halus Vina agar sedikit mengendorkan pegangan nya yg terlalu erat itu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline