Lihat ke Halaman Asli

Mochamad Syafei

TERVERIFIKASI

Menerobos Masa Depan

Marah Politik, Politik Marah (Berkaca pada Macron dan Erdogan)

Diperbarui: 1 November 2020   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Detiknews

Ada orang bodoh yang menjajakan kebodohannya bahwa Anda tidak Islam jika Anda tidak marah kepada Macron. Ciri Islam yang kafah cukup tunjukkan kemarahan kepada Macron dan Prancis. 

Siapa yang tidak bisa menjajakan kebodohan ini akan tergulingkan sebagai pemimpin politik. Maka, tak ada politikus hipokrit yang tak menyambut kesempatan ini untuk menaikkan nilai politik mereka. 

Benarkah Islam dipenuhi kemarahan dan kebencian seperti tergambar saat ini? 

Sifat Allah yang paling banyak tertera dalam kitab Al Quran adalah sifat Rahman dan Rahim. Setiap kita hendak membaca setiap surat dalam Album Qur'an selalu dimulai dengan sifat Rahman dan Rahim tersebut. Kecuali satu surat saja. Ya, kecuali satu surat saja. 

Dari sini saja, kita sudah dapat mengambil hikmah yang sangat besar. Allah menciptakan manusia dengan sifat Jamaliah dan Jalaliah-Nya. Tapi, sifat Jamaliah sendiri lebih banyak disebut dalam kitab suci-Nya. 

Salah satu hadis Nabi Muhammad melarang kemarahan. "Jangan marah, maka untukmu surga". Letidakmarahan seseorang akan dibalas dengan surga. Apakah gampang memperoleh surga karena cukup dengan menahan marah? Ternyata, tidak. Surga sulit diperoleh. Karena menahan marah ternyata tak segampang ngomong tentang itu. 

Marah politik sedang disebar di mana-mana oleh pengusung politik kemarahan.  Ingat ISIS? Mereka kemana mana mengusung kemarahan. Menebar teror. Dan mereka mengaku beragama. Ajaran agama yang mana yang mereka amalkan? 

Marah politik hanyalah sebuah kamuflase dari kepentingan politik yang dibungkus agama. Mereka ingin menang dengan cara berdagang. Seperti politik biasanya. 

Tentu, ini bukan hanya untuk Erdogan dan Mahathir, misalnya. Politik kemarahan juga diusung oleh Macron sendiri. Dan juga oleh Trump. Presiden negara adik daya itu juga berhasil menduduki kursi kepresidenan dengan memanipulasi kemarahan, menggugah kemarahan, dan memanfaatkan kemarahan. 

Dunia saat ini sedang diselimuti oleh kemarahan politik untuk kepentingan masing-masing. Walaupun kepentingan itu dibungkus dengan berbagai bungkus seperti agama. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline