Lihat ke Halaman Asli

misbahul

sumenep, kangayan.

Dampak Populasi terhadap Penyebaran Covid-19

Diperbarui: 24 Juni 2021   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi datang secara mendadak dan terasa tiba-tiba. Bahkan seperti tidak ada tanda-tanda sebelumnya, semua manusia kaget tergagap-gagap menghadapi fenomena ini. Struktur masyarakat seketika berubah dengan cepat dan memaksa semua pihak yang beradaptasi lebih cepat agar bisa merespon lebih baik. 

Akibatnya dalam tempo singkat tela terjadi perubahan disemua sektor kehidupan. Keadaan dalam masyarakat tidak lagi menjadi normal seperti biasanya, muncul beragam kebiasaan baru sebagai respon masyarakat terhadap pandemi ini. Adaptasi sekaligus sebagai mekanisme atas situasi pendemi covid-19.

Virus Covid-19 merupakan penyakit yang disebabkan hewan mamalia yang menimbulkan gejala utama berupa gangguan pernapasan sehingga Penyakit ini menjadi sorotan karena kemunculannya di akhir tahun 2019 pertama kali di Wuhan, China. Penyebaran virus ini sangat cepat dan tidak mebutuhkan waktu bertahun-tahun, dengan waktu yang singkat virus ini menyebar keseluruh Negara, sehingga who pada maret 2020 menetapkan pandemi covid-19 dengan ini semua Negara melakukan pembatasan untuk memutus rantai penyebaran covid-19. 

Pemerinta menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk mematu protokol kesehantan. Protokol kesehatan memaksa kebiasaan baru dalam kehidupan masyarakat, dan menjadi variabel pengaruh paling besar dalam elemen-elemen kehidupan. 

Bahkan dalam keadaan yang genting ini seringkali Tarik ulur antara harus memilih dan mengoptimalkan antara elemen dan sektor didalam masyarakat, khususnya sektor ekonomi dan sektor kesehatan. Namun, upaya kerapkali tidak mudah untuk diaksanakan sehingga sering kali berada dalam posisi harus memilih salah satu sebagai pilihan delekmatis. Sehingga dalam masyarak terjadi pro-kontra dan kegaduhan dalam merespon pandemi.

Salah satu kota yang juga merasakan dampak dari covid-19 ini adalah Bangkalan. Pada bulan mei akhir bangkalan menjadi kota yang paling tinggi pasien yang terpapar covid-19, dengan sigap dalam menangani pandemi ini untuk memutus rantai penyebarannya pemerintah mengeluarkan banyak peraturan dari sosial distancing, pisycal distancing dan pembatasan sosial berskalah besar(PSBB). 

Tetapi dengan berlakunya peraturan tersebut tidak mengurangi pasien yang terpapar covid-19, melainkan setiap hari pasien bertambah banyak sehingga fasilitas medis di rumah sakit terbatas. Dengan terbatasnya fasilitas rumah sakit tim medis menganjurkan bahwa pasien yang terpapar covid-19 untuk melakukan isolasi mandiri dirumahnya.

Perkembangan Pandemi COVID-19 di kabupaten Bangkalan

Lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur meningkat drastis usai libur Lebaran Idul Fitri 2021. Tim medis menilai ada beberapa penyebab yang menyebabkan lonjakan kasus penularan virus corona. Per tanggal 11 juni 2021, terdapat 2.136 kasus pasien baru yang positif Covid-19. Kemudian 15 pasien Covid-19 meninggal dunia dan 13537 dinyatakan sembuh.

Dengan semakin melonjaknya pasien yang positif, maka pemerintah sangat mengkhawatirkan adanya lonjakan kasus Covid-19 yang lebih banyak lagi yang dapat berpotensi menyebar ke wilayah sekitar lainnya, termasuk kota Surabaya. 

Untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 dan meminimalisir tingkat penyebaran angka kasus virus corona di Kota Surabaya, Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya memberlakukan penyekatan di cek point pintu Jembatan Suramadu sisi Surabaya. Lonjakan Kasus Covid-19 di Madura sangat buruk dan bisa jadi bom waktu dan akan menimbulkan dampak yang sangat buruk pada sektor yang ada dalam masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline