Lihat ke Halaman Asli

Cathaleya Soffa

Ibu Rumah Tangga

Mutiara-mutiara Cinta dalam Segenggam Iman

Diperbarui: 12 Mei 2019   06:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kemarin petang, senja menawarkan selaci mutiara. Dari serangkaian frasa yang ia tumpuk menjadi lughoh. Izhar dengan penanda di keningnya. Jelas termaktub dalam ruh cahaya cahaya Ilahi. Kumembenahi hati dengan risalah yang ia berikan. 

Kemarin petang, senja mengumpulkan pengar suara suara debur ombak. Dengan riuh desir  angin yang panjang. Di sisi pesisir, kerang kerang merangkak dengan tubuh tertatih tatih di antara air dan sepasang roda bumi yang berputar.

Aku bertanya kepada bentang cakrawala. 

Kenapa air itu tidak tumpah. Lihat saja raganya tuntang menimang nimang di angkasa.

Lalu awan menggeser tubuhnya yang ringan. Menggamit jemarinya sendiri dengan sepenuh pengertian. Sementara raga bumi terbatuk batuk. Sakitnya tak mudah sembuh.

Lepaskan saja tanyamu. Jawaban itu bukankah sudah kau telan bulat bulat? Hempaskan saja batang batang perkara yang menyesakkan itu. Hempaskan saja. Tidak penting lagi membawa bawa sekoci rasa.

Tak lama dalam hitungan detik suaku dengan sosok pria tinggi. Dia itu suamiku. Berjalan pelan. Mendekat ke arahku.

Ya Habibi. Tadi aku menemukan ini. Lihat. 

Setengah berbisik lirih kudekatkan wajahku. 

Lihat. Mutiara mutiara ini kudapatkan dari sepotong senja yang terbang landai di depan rumah kita kemarin petang.

Dia hanya tersenyum dan mengajakku duduk di antara rumput. Dengan serak daun daun kemuning yang gugur sebelum waktunya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline