Lihat ke Halaman Asli

Rusmin Sopian

Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Cerpen: Warisan Atok Tua

Diperbarui: 4 Juli 2021   15:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PNGWing

Cerpen : Warisan Atok Tua

Tidak ada airmata yang keluar dari kelopak mata mereka. Gerimis yang membasahi dedaunan di sekitar pemakaman seolah-olah sudah cukup mewakili mereka. Para pengantar jenazah itu. 

Seorang lelaki setengah baya menghampiri seorang yang lelaki muda berbaju koko hitam yang menampakan kesedihan di raut wajahnya.

" Apakah engkau lapar?," tanya lelaki setengah baya itu kepada lelaki muda berbaju koko hitam itu. 

Tak ada jawaban dari mulut lelaki muda berbaju koko hitam itu. Dia masih memandangi gundukan tanah itu. Sementara orang-orang mulai meninggalkan areal pemakaman. Hanya tinggal lelaki setengah baya dan lelaki muda berbaju koko hitam itu. 

Lelaki setengah baya itu meninggalkan areal pemakaman bersama lelaki muda berbaju koko hitam itu. Keduanya menaiki mobil mewah. Dan dalam hitungan menit keduanya sudah sampai di sebuah rumah makan terkenal di Kota itu. 

Keduanya tampak menikmati hidangan lauk pauk yang tersaji diatas meja dengan sangat lahapnya. Seolah-olah mereka baru saja mengerjakan sebuah pekerjaan yang sangat berat dan menguras tenaga yang banyak.

Lelaki setengah baya itu memandang ke arah lelaki berbaju koko hitam itu dengan penuh selidik. Dirinya tak habis pikir, bagaimana bapaknya bisa memberikan semua warisan kepada lelaki muda Kampung itu.   

" Kamu adalah pewaris yang dipilih Bapak saya untuk semua warisannya," ucap lelaki setengah baya itu. Tak ada jawaban dari mulut lelaki muda berbaju koko hitam itu. Mulutnya masih asyik menggigit paha ayam goreng. Sudah lama dia tak menikmati paham ayam goreng racikan rumah makan terkenal ini. Sudah lama sekali. Makanya, dia lebih tertarik menggigit paham ayam itu daripada menjawab pertanyaan lelaki setengah baya itu. 

Lelaki muda berbaju koko hitam itu sungguh tak percaya, saat seorang lelaki setengah baya itu menyodorkan sebuah map yang berisikan surat wasiat dari Bapak yang baru saja dikuburkan itu. lelaki setengah baya itu rupanya anak sang Bapak yang baru saja dikuburkan. 

Lelaki muda berbaju koko hitam itu mengenal Bapak tua itu yang dipanggilnya Atok Tua saat dirinya sering sholat berjemaah di masjid Kampung. Atok tua itu tinggal sebatang kara disebuah rumah yang terletak tak jauh dari masjid. Seiring waktu, keduanya menjadi akrab. Bak anak dan Bapak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline