Lihat ke Halaman Asli

Rusmin Sopian

Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Cerpen: Nurani yang Hilang

Diperbarui: 14 April 2021   15:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: suarainqilabi

Cerpen : Nurani yang Hilang

Cahaya matahari belum sepenuh hati menerangi jagad raya. Orang-orang baru usai bersujud di Masjid. Lafaz zikir masih  bergema di masjid, mereligiuskan alam. Perempuan muda itu meninggalkan rumahnya. Air wudhu masih membasahi wajah cantiknya. kaki panjangnya membawa dia melangkah ke Pantai. Ya, di pantai menunggu para nelayan pulang dari melaut.

" Coba kau jualan di depan rumah saja. Tak usah menjajakan ikan dari rumah ke rumah," saran seorang Nelayan.

" Iya. Capek lho menjajakan ikan dari rumah ke rumah," sambung seorang nelayan lainnya.

"  Lihat saja Pak Juragan. Dulu kan hanya jualan ikan di depan rumahnya. Kini dia menikmati pekerjaannya. Lagi pula kasihan dengan kecantikanmu kalau harus berjualan keliling Kampung," Seloroh seorang nelayan.

Perempuan muda itu terdiam. Mulutnya membisu. Sementara pandangan matanya menatap ke arah laut yang mulai ramai  dengan perahu para nelayan yang mulai menepi. 

Sudah beberapa bulan ini, semenjak dia ditinggalkan suaminya, perempuan muda itu rela berjualan ikan keliling. Perempuan muda itu dengan sepeda yang merupakan harta satu-satunya, menjajakan ikan keliling kampung. Ditemani matahari yang garang diatas kepalanya, perempuan itu mengayuh pedal sepedanya berjualan ikan yang dibelinya dari para nelayan di Pantai. 

Setiap perempuan muda itu tiba di pinggir pantai, bisik-bisik mulut para nelayan selalu menggema. Segerombolan nelayan yang baru tiba di pantai itu, biasanya ngopi dulu di warung milik Mpok Gayem sebelum pulang ke rumah.

"Matasir itu manusia aneh. Aneh banget. Istri cantik dan rajin ditinggalkan. Bingung aku dengan cara berpikirnya," ujar seorang nelayan sembari memandang ke arah perempuan muda itu yang masih sibuk memasukan ikannya ke dalam box untuk ditaruh di kursi belakag sepedanya.

" Memangnya kamu mau beristri cantik tapi bermoral bejat," sambung seorang nelayan lainnya.

"Itu hanya pikiran kamu sebagai sahabat Matasir. Wajar," jawab seorang nelayan lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline