Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Mengeja Dunia

Diperbarui: 10 Agustus 2020   19:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Kau begitu kesepian, seolah dibekap erat oleh sayap-sayap kegembiraan yang baru saja dikuburkan. Kau lalu menjadi bunga kamboja. Berhamburan dipangku tanah-tanah yang mungkin baru saja berduka.

Kau merasa terik matahari memilih hatimu untuk dipanggang habis-habisan. Ini tidak adil, pikirmu dengan penuh kemasgulan. Semestinya hangus tidak hanya membakar jiwa yang kurus. Tapi juga menjadi dua pertiga bagian dari duri kaktus. Saat gurun pasir melautkan kekeringan panjang. Ketika sunyinya lautan menggurunkan tatapan para nelayan.

Bagimu, cuaca sama sekali tidak berlampu. Datang seperti pertemuan yang tak disangka, dan pergi selayaknya perpisahan yang tak diduga.

Bagimu lagi, sepi yang bukan merupakan pilihan, ternyata malah menjadi tujuan. Sementara sedikit keramaian yang kau temukan, nyaris semua telah kehilangan percakapan.

Kau lalu terbata-bata mengeja dunia. Melalui almanak yang lupa kau robek lembarannya. Padahal sekian saka telah berlalu. Berikut semua perjamuan yang dihidangkan masa lalu.

Bogor, 10 Agustus 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline