Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Purnama di Langkan Kota

Diperbarui: 19 Juni 2019   17:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pixabay.com/Gellinger

Purnama itu jatuh tepat di langkan kota
di antara menara yang mencoba menusuk pinggiran langit
dan gang-gang di belakangnya yang sempit
tempat orang-orang tertidur kepanasan
sembari mengipasi tubuhnya dengan mimpi
khusus hanya untuk esok hari.

Untuk hari-hari berikutnya
adalah mimpi malam selanjutnya
terlalu banyak menyusun mimpi
akan membuat mereka sakit hati
mimpi tak bisa berusia lama
kecuali jika dirawat sebaik-baiknya

Tapi merawat mimpi butuh biaya;
sepasang sepatu untuk terus berjalan
seperiuk nasi agar tak kelaparan
segelas teh pahit bagi lengkapnya sebuah sarapan
dan segayung air untuk melemaskan rambut
agar kepala tak terjebak dalam masainya kusut

Demi membesarkan mimpi
orang-orang bersedia menjerang matahari
termasuk menyeduh serpihan cahaya sisa purnama
di dapur rumahnya
memasaknya bersama harapan
selama waktu belum berpamitan, pulang menuju kematian

Jakarta, 17 Juni 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline