Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Potongan Rembulan Robek

Diperbarui: 22 Mei 2019   04:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Di rongga dadaku sekarang hanya tersisa degup jantung, memompa darah ke wajahku yang murung. Aku tidur lebih dini daripada pagi, sehingga mesin cetak dalam otakku meronta-ronta disergap sunyi.

Di sekelilingku lebih hening dibanding kuburan orang-orang mati. Suara-suara yang ada hanyalah hati yang berdesir tak kentara. Bahkan angin yang biasanya bercinta dengan daun-daun, hanya terdiam melamun. Membuatku ingin sekali berkata kasar terhadap rindu; persetan denganmu!

Tapi tentu itu hanya imajinasi. Kalaupun mau memaki, aku akan menggunakan gaya bahasa paling moderat dari seruan seorang pujangga yang rindunya berkarat; keparat! Kau adalah duri-duri laknat!
----
Di rongga dadaku sekarang yang tersisa hanya potongan rembulan terobek-robek. Pekat di kertas penanggalan yang sebentar lagi akan disobek-sobek. Menuju pergantian bulan berikutnya. Di mana langit kembali muda namun dengan usia makin renta.

Di kejauhan, rindu berlarian. Mendaki tipisnya udara di hati yang menggelembungkan busa. Megap-megap tenggelam kehabisan rencana.

Bogor, 22 Mei 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline