Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Potongan Rembulan Robek

22 Mei 2019   04:09 Diperbarui: 22 Mei 2019   04:27 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di rongga dadaku sekarang hanya tersisa degup jantung, memompa darah ke wajahku yang murung. Aku tidur lebih dini daripada pagi, sehingga mesin cetak dalam otakku meronta-ronta disergap sunyi.

Di sekelilingku lebih hening dibanding kuburan orang-orang mati. Suara-suara yang ada hanyalah hati yang berdesir tak kentara. Bahkan angin yang biasanya bercinta dengan daun-daun, hanya terdiam melamun. Membuatku ingin sekali berkata kasar terhadap rindu; persetan denganmu!

Tapi tentu itu hanya imajinasi. Kalaupun mau memaki, aku akan menggunakan gaya bahasa paling moderat dari seruan seorang pujangga yang rindunya berkarat; keparat! Kau adalah duri-duri laknat!
----
Di rongga dadaku sekarang yang tersisa hanya potongan rembulan terobek-robek. Pekat di kertas penanggalan yang sebentar lagi akan disobek-sobek. Menuju pergantian bulan berikutnya. Di mana langit kembali muda namun dengan usia makin renta.

Di kejauhan, rindu berlarian. Mendaki tipisnya udara di hati yang menggelembungkan busa. Megap-megap tenggelam kehabisan rencana.

Bogor, 22 Mei 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun