Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Senja yang Kalah terhadap Hitam

Diperbarui: 30 November 2018   20:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: Pixabay

Aku mungkin sebangsa kalimat hitam pekat. Menuansakan kekelaman dengan dahsyat tidak pada saat yang tepat. Menenggelamkan begitu banyak harapan setelah dengan sukacita memberinya isyarat agar mendekat.

Barangkali aku lebih mirip seorang keparat. Lelaki yang hatinya berkelimpahan karat. Membawakanmu buah tangan menggoda berupa percikan cahaya bulan pertama. Tapi di baliknya, aku menyertakan seringai serigala yang telah beralih rupa menjadi senyuman mempesona.

Kau dimangsa lelah. Oleh ribuan kata yang mengalir dari puncak senja yang kalah. Kau akan menjadi malam. Lalu aku bertamu dengan segala kegelapan yang wajahnya bermacam-macam. Membayang-bayangimu dalam permulaan badai, berikut dengan perjanjian tentang kata usai sebelum semuanya selesai.

Senja memang tak akan pernah punah. Tapi dia ditakdirkan selalu kalah. Terhadap hitam. Terhadap muram. Tunduk bersimpuh. Mengecilkan tubuh. Seolah menjadi dayang-dayang yang harus selalu menunduk patuh. Kepada malam yang terlanjur runtuh.

Dan kau melenyap dalam kesenyapan yang hening. Aku menapak setiap undak menuju puncak tebing. Kau menitipkan pesan singkat melalui sedikit semburat merah yang tertinggal. Jangan sampai kesetiaanku menunggu esok kau hancurkan dengan mimpi-mimpi janggal yang membuat harapanku berlepasan tanggal.

Aku tercekat sembari memanjat gelap. Pesanmu kepadaku akan aku pastikan tak akan salah alamat. Sampai di kedalaman hati yang kemudian berjanji dengan kesungguhan nyala api. Aku akan memenuhi!

Tanjung Redeb, 30 Nopember 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline