Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Kita Terlalu Banyak Lupa

Diperbarui: 1 Oktober 2018   18:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku memahamimu lebih dari hujan memahami tekanan udara yang membuatnya menderas membabi buta. Namun juga mampu membuatnya gemulai dalam gerimis yang begitu landai sehingga menjadi sebuah tarian rumit yang hanya bisa dimainkan oleh para putri raja.

Aku paham kalau kau mudah sekali mengaum seperti induk singa yang terluka. Tapi kau juga gampang membuat larik demi larik airmata yang kau peruntukkan untuk anak-anak malang yang berhutang pada bintang. Karena sering memandang dan memanggil mereka dengan sebutan ibundaku sayang.

Kita sama-sama paham tentang kericuhan yang diawali oleh kebingungan. Ketika kita mempertemukan perpisahan setelah sekian lama menggelandang tak ketemu jalan pulang. Kau ricuh dengan pertemuan sedangkan aku dibingungkan kenapa terjadi perpisahan.

Kita sama sekali tidak paham tentang kekacauan yang ditimbulkan hujan. Lubang di mana-mana ditutupi genangan. Itu jebakan. Seperti kejatuhan setelah terjerumus pada ketidaktahuan.

Memang tidak ada satupun perkara yang gampang.

Kita memahami banyak hal tapi kita tidak paham pada hal yang banyak. Kita mencemburui waktu namun kita lupa waktu bila sudah terperangkap cemburu. Kita sengaja tertawa untuk melupakan duka tapi secara tidak sengaja kita selalu berduka untuk menihilkan bahagia yang bagi kita selalu tak kentara.

Kita memang terlalu banyak lupa.

Bogor, 1 Oktober 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline