Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Pepatah dan Peribahasa

Diperbarui: 1 April 2018   19:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berlompatanlah sergah ketika sungai meminggirkan sebuah pepatah. Tentang berakit-rakit ke hulu lalu berenang ke tepian.  Itu cara bunuh diri yang paling tidak sederhana. Menguras tenaga untuk satu hal yang tidak masuk akal.  Kecuali kalau kau sedang menuliskan dongeng untuk anak-anak nakal.

Seribu satu pepatah dan peribahasa. Disajikan di meja makan tiap hari. Dikunyah dalam kondisi mentah.  Mengajarkan bagaimana cari menguatkan diri sekaligus juga harakiri.  

Pepatah dan peribahasa dipigura di dinding putih agar terbaca.  Jangan diletakkan di bawah ranjang seperti asap dupa.  Mengasapi pikiran hingga matang.  Lalu diolah bersama bumbu rempah.  Diletakkan di pinggan dan cawan.  Menutup sebuah perjamuan tanpa ada yang makan.

Segala hal yang baik diajarkan melalui tatapan.  Bukan mulut berbusa-busa seperti banjir kanal Jakarta.  Seperti buruk muka cermin dibelah.  Tak mau menerima keburukan hanya karena bisa dilihat mata.

Pepatah dan peribahasa mengembarai zaman.  Menjadi riasan dan hiasan waktu.  Dipakai hanya jika pendulumnya hilang.  Ketika waktu berhenti menunjukkan kapan saatnya azan berkumandang.


Bogor, 1 April 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline