Lihat ke Halaman Asli

milah juwita

Jurnalis

Terseret Zaman

Diperbarui: 23 September 2020   15:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: idntimes.com

Seiring perubahan zaman, sudah diakui bahwa teknologi semakin di depan. Tapi apakah semua orang di Negeri ini sudah melek teknologi? bagaimana dengan nasib orang-orang terdahulu yang minim pengetahuan ditambah dengan keterbatasan pendidikan. Sudahkah ada antisipasi untuk hal yang demikian? berhubung Indonesia memiliki beragam budaya dan daerah yang sama sekali belum bekembang dari masa ke masa nya.

Ya.. Pemerintah patut diacungi jempol untuk Program Desa, tapi apakah semua itu merata? dengan begitu, perlu ada perhatian khusus untuk hal-hal seperti ini, karena yang hidup di zaman sekarang bukan hanya anak-anak milenial, tapi orang tua-orang tua yang terbelakang turut ambil serta di seret oleh zaman. 

Mata pencaharian orang yang minim pendidikan tentu tidak setara dengan orang yang bekerja di kantoran. Banyak diantara para penduduk Desa beralih ke Kota dengan menjadi buruh kuli bangunan ataupun sopir angkutan. Ya.. Sopir angkot ! bagaimana nasibnya sekarang yang sudah terseret oleh zaman? sungguh memprihatinkan mendengar rintihan yang disuarakan lewat Aksi yang dibuat oleh para sopir angkot di depan Gedung Pemerintahan. Mereka sopir angkot berhenti dari aktivitasnya untuk menyuarakan isi hatinya yang sudah hilang ditelan oleh zaman. Tidak semua sopir angkot melek dengan teknologi, memegang handphone canggih dengan berbagai aplikasi. 

Orang dapat dengan mudah ngomong "Tinggal beli hp,  pasang aplikasi, jadi deh sopir masa kini" (seperti GoJek dan Grab). Sudah banyak angkutan umum yang berhenti, sopir yang lebih memilih untuk jadi kuli, dan itu bukanlah pilihan mereka, melainkan mereka telah mengaku kalah dengan zaman.  Aksi yang sempat di gelar oleh para sopir angkot pada tahun 2019, mengingatkan kita akan perubahan zaman yang signifikan.. dimana angkot tidak lagi diperdulikan, dimana anak sekolah tidak lagi membutuhkan kendaraan umum, dimana untuk ke pasar saja sudah naik kelas dengan naik kendaraan pilihan. 

Pada hari aksi tersebut digelar, Pemerintah mengeluarkan mobil-mobil Dinas dan lapangan sebagai kendaraan untuk masyarakat yang masih nyaman dan setia naik angkutan umum. Mobil ber flat merah sengaja dikeluarkan dan sementara dijadikan kendaraan umum, pada hari itu juga masyarakat bebas membayar tagihan ongkos kendaraan.

Aktifitas masyarakat berajalan seperti biasanya, hanya saja jalanan sepi dan lenggang.. ada yang kurang disini. Kemana mobil angkot ber cat warna-warni dengan wajah para sopirnya yang sudah tak asing lagi setiap hari? 

Aksi tersebut tidak hanya digelar disatu Kota saja, tapi juga dibeberapa Kota seperti Bandung dan juga Bogor. Hal tersebut menandakan bahwa yang krisis dimakan oleh zaman tidaklah hanya satu atau dua sopir saja, melainkan banyak jiwa-jiwa lainnya yang merasa kesulitan dalam mencari mata pencaharian. 

Lalu, bagaimana dengan keputusan Pemerintah? 

Pemerintah memang tidak melarang aksi tersebut, malah mendukung dengan mengeluarkan mobil-mobil Dinas untuk dijadikan kendaraan sementara. Tapi adakah keputusan kedepannya? terkait dengan nasib para sopir transportasi serta pemerataannya, berhubung sudah jelas masyarakat lebih memilih kendaraan dari Aplikasi dengan berbagai macam fitur pilihan, yang tidak hanya mengantar orang saja, tapi juga mengantar barang bahkan makanan. 

Tulisan ini dibuat dengan rasa prihatin yang amat dalam.. dimana dulu naik angkot berdempet-dempetan, kini hanya tinggal aku dan kenangan... 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline