Lihat ke Halaman Asli

Senjata Kunta Sudah Dilepaskan

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Senjata Kunta adalah senjata paling sakti. Tak ada yang menandingi. Senjata yang sudah dipersiapkan dewata untuk dipergunakan dalam perang Bharatayuda oleh satria pilihan dewa-dewa dalam mengalahkan seluruh musuh-musuhnya.

Senjata Kunta adalah senjata pusaka dari dewa yang paling sakti. Tak ada yang melebihi. Hanya akan digunakan bila musuh tidak dapat ditumbangkan dengan senjata pusaka yang lain. Bila semua senjata pusaka sudah digunakan dan lawan tetap tegak berdiri, maka senjata Kunta baru akan dikeluarkan. Senjata terakhir, senjata pamungkas.

Senjata Kunta siap diturunkan dari langit khayangan para dewa kepada satria pilihan. Arjuna telah bertapa di gunung Himalaya sesuai petunjuk Krishna untuk menerima senjata pamungkas dari para dewa. Klimaks tapa sang Arjuna mengguncangkan jagad raya, bumi dan langit hingga menembus alam khayangan para dewa. Merasakan ini Ketua para dewa segera menugaskan Bathara Narada untuk membawa turun pusaka Kunta dan memberikannya kepada Arjuna.

Sayang, dewa juga seperti  manusia tempatnya salah dan lupa. Dewa Narada begitu bersemangat untuk memberikan pusaka ini kepada satria pilihan pujaan langit dan bumi dan lupa memakai kacamatanya. Padahal atmosfer bumi memiliki densiti yang berbeda dan pandangan matanya jadi seperti penglihatan orang yang matanya minus lima.

Dewa Narada tidak tahu di Himalaya juga bertapa untuk merebut senjata pusaka pamungkas dari para dewa, kesatria pelindung Kurawa, sang Karna yang bersalin rupa ala Arjuna. Narada dari stratosfer telah melihat kilat rompi perisai Antakusuma yang dipakai Karna. Rompi hadiah sang ayah Bathara Surya sang dewa matahari. "Inilah kilat satria yang telah gentur bertapa itu, sang Arjuna". Segera Bathara Narada meluncur ke arah sang Satria dan pusaka Kunta berpindah tangan dari dewa Narada kepada Karna. Segala tutur kata salam dan petuah dewa Narada hanya dijawab Karna dengan iya, iya, iya... takut terbuka kedoknya.

Singkat cerita kesalahan akhirnya disadari telah terjadi. Arjuna yang mengejar dan berusaha merebut senjata Kunta dari Karna hanya mendapatkan sarungnya. Arjuna kemudian diberi pusaka pengganti, Pasopati. Senjata luar biasa pula, namun hanya pusaka nomor dua, kalah sakti dari senjata Kunta. Lalu bagaimana Pandawa akan bisa memenangkan Bharatayuda sedangkan senjata paling sakti ada di tangan pihak Kurawa? Bharatayuda dan kemenangan Pandawa adalah suratan dewa tidak boleh tidak terjadi.

Kita penggal kisah sampai di sini. Yang ingin saya tekankan adalah senjata Kunta merupakan senjata pusaka paling sakti dalam kisah Mahabharata. Dalam perang Bharatayuda pun Karna tidak akan menggunakannya selama lawan  masih bisa dihadapi dengan senjata yang lain. Senjata Kunta adalah senjata pamungkas, senjata terakhir yang digunakan saat senjata-senjata pusaka yang lain tak mempan lagi.

Dalam perikehidupan Indonesia setelah masa Soekarno, tuduhan PKI adalah senjata mematikan. Tuduhan pamungkas. Baik dari perorangan kepada perorangan lainnya, satu kelompok kepada kelompok lainnya, atau negara kepada seseorang atau suatu kelompok. Dalam kehidupan di desa, ucapan tuduhan PKI adalah serapah yang diucapkan terakhir setelah semua kata-kata buruk keluar. Tidak perlu lagi umpatan yang lain. Dan cap PKI dari negara kepada seseorang, akan mengakhiri harapan hidup hingga ke anak cucunya.

Tuduhan PKI dalam masyarakat Indonesia adalah seperti senjata Kunta. Senjata pamungkas.

Dan senjata pamungkas ini sekarang telah dilepaskan ....

Selamat menikmati Kunta bersliweran di sekitar kita .....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline