Lihat ke Halaman Asli

Miarti Yoga

Konsultan Pengasuhan

Lebaran dan Tafakur Ketaklaziman

Diperbarui: 24 Mei 2020   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Miarti Yoga

(Direktur Sekolah Zaidan Educare Bandung

Alloohuakbar alloohuakbar alloohuakbar. Alloohuakbar walillaahilhamd.

Bapak Ibu yang dirahmati Allah. Sahabat dan kerabat sholeh sholehah. Tak mampu menahan untuk sekadar bergumam. Tentang tak galibnya kondisi hari ini. Tentang tak biasanya kita dalam berhari raya. Tentang ketaklaziman suasana yang ada.

Idulfitri jelas sebuah hari kemenangan, di mana setiap mukmin jalani perintah Allah SWT dalam bentuk puasa Ramadhan sebulan lamanya, dengan ragam ibadah istimewa yang menyertainya. Patut bersyukur atas tilawah yang ditunaikan, atas amalan-amalan sunnah yang didirikan, atas kefokusan mengkondisikan ibadah anak-anak di rumah. Terlalui. Terlampaui.

Dan mengembrionya kita dalam kurun Ramadhan penuh, semoga dapat terlahir, tumbuh dan berkembang jiwa-jiwa istiqomah di hari-hari pasca Ramadhan dan seterusnya. Semoga latihan kita dalam mengekang segala syahwat yang binasa, menjadikan kita manusia berhati lapang dan berjiwa pembelajar. Tentu saja, pembelajar sepanjang usia.

Bapak Ibu, saudara, sahabat, tetangga dan kolega yang dirahmati Allah. Taqobbalallaahu minna waminkum. Semoga segenggam apapun amal yang kita perbuat, menjadi sebenar-benar jalan surga. Amiin ya Allah yaa Rabbal 'aalamiin.

Dan satu mental yang bisa kita pegang erat pada hari ini adalah mental syukur. Syukur dengan apa yang ada. Syukur atas nafas yang masih Allah beri. Syukur atas taqdir Allah SWT yang masih memberikan kesempatan kita untuk bisa makan minum dengan semestinya. Syukur atas nikmat menjalankan sholat sunnah Idulfitri meski dalam ketaklaziman penyelenggaraan. Dan tentunya, syukur terbesar kita atas IMAN yang masih menghunjam.

Di mana dengan iman, kita berupaya taat. Dengan iman, kita mengekang syahwat mudik yang takaran buncahannya tak mampu terungkap dengan kata-kata. Dengan iman, kita menjaga diri untuk tak mengekspresikan jabat tangan terhangat kepada saudara dan sesame.

Kita hari ini, dalam kondisi terdampak pandemi Covid 19. Bergulat dengan segala resah, bertumpu pada gontainya kedua kaki, bergerak dalam sekian pembatasan.

Namun betapa tak dapat kita bayangakan. Bagaimana rasanya berlebaran di negeri-negeri muslim terjajah. Bagaiman menikmati lebaran dalam jeruji penjara. Bagaimana menikmati lebaran dalam ketakmampuan untuk sekadar makan dan minum. Bagaimana menikmati lebaran dalam riuh deru peluru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline