Lihat ke Halaman Asli

M Hadi Saputra

Peneliti di Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli

Karena tak ada yang suka orang miskin

Diperbarui: 19 Desember 2021   00:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sejak matahari belum bersinar, setiap jengkal tanah dan aspal di pusat kota telah ramai dengan langkah kaki serta teriakan para pedagang yang menyiapkan barang dagangan. Menunggu rezeki yang telah ditetapkan hari itu. Mengais serpihan koin perak dan kertas lusuh, untuk di jadikan lauk hari itu. 

Tak ada yang suka orang miskin. Kata cambuk yang menjajal para penjual mendorong kereta dagangan melintasi aspal panas siang hari. Seorang ibu yang meneriaki harga diskon barang dagangannya sembari menggendong bayinya yang tidur. Melompat lompat si bujang kecil di antara sampah tuk mencari sisa makanan dan barang bekas tuk di jual di pasar loak. Untuk setiap orang yang melangkah pergi mencari rezki agar tak jadi si orang miskin. 

Miskin menjadi tabu tuk dilihat dan didengar. Karena ia tak bermanfaat bagi mereka yang suka meminjam uang. Bagi mereka yang punya utang tuk di bayar. Bagi mereka yang sibuk menjilat si kaya tuk naik status. Bagi mereka yang sibuk tuk kerja tak jadi si miskin. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline