Lihat ke Halaman Asli

Platform Merdeka Mengajar sebagai Tools Mengenal Kurikulum Merdeka

Diperbarui: 2 April 2023   17:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pribadi

Sebagai salah satu pioneer sekolah penggerak angkatan 1 pada tahun 2020 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1177/M Tahun 2020 tentang Program Sekolah Penggerak, SMA Negeri 9 Bengkulu Selatan telah mengenal dan mempelajari tentang kurikulum merdeka yang saat itu masih bernama Kurikulum Prototipe. 

Saya merupakan bagian dari komite pembelajaran yang mendapatkan pelatihan selama sepuluh hari untuk memahami tentang beberapa hal seperti Pendidikan yang Memerdekakan menurut Ki Hajar Dewantara, Capaian Pembelajaran, Kerangka Kurikulum, Alur Tujuan Pembelajaran, Modul Ajar dan Asesmen. 

Hal ini cukup memantik rasa ingin tahu saya tentang Kurikulum baru yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Pada tanggal 11 Februari 2022, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim meluncurkan Kurikulum Merdeka. Hal ini disambut baik oleh beberapa pihak, pun ada beberapa yang kontradiksi.

Selama mengimplementasikan Kurikulum Merdeka saya merasakan roh yang luar biasa menuju pendidikan dengan paradigma baru. Roh Kurikulum Merdeka adalah pembelajaran berbasis proyek yaitu memberi peluang peserta didik bekerja secara otonom dalam mengkonstruksi belajarnya. 

Kurikulum merdeka diharapkan mampu mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa serta memberi ruang yang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar siswa. 

Kurikulum merdeka juga memberikan kesempatan untuk guru berinovasi dan mengembangkan kompetensi diri dalam menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi bagi siswa. Guru diharapkan jeli dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa. Perlu dilakukan asesmen diagnostik awal untuk melihat kesiapan belajar, minat dan profil belajar siswa.

Ki Hajar Dewantara mengingatkan guru bahwa pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dan menghubungkannya dengan kodrat zaman. Kodrat diri anak yang bervariasi ini, mengakibatkan terjadinya perbedaan cara belajar peserta didik, perbedaan daya serap dan berbagai perbedaan lainnya. 

Guru harus tanggap melihat keberagaman tersebut dan tidak bisa memaksakan cara belajar tertentu sesuai dengan teori yang mereka yakini baik bagi peserta didik. Peserta didik juga berhak menerima pembelajaran sesuai dengan cara belajar masing masing, karena itu adalah kodrat alam mereka. Demi memenuhi perbedaan tersebut, maka pembelajaran berdiffrensiasi merupakan salah satu solusi yang patut dipahami oleh guru.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. 

Pemetaan kebutuhan belajar merupakan kunci pokok bagi guru untuk dapat menentukan langkah selanjutnya. Jika hasil pemetaan tidak akurat maka rencana pembelajaran dan tindakan yang dibuat dan dilakukan akan menjadi kurang tepat. Untuk memetakan kebutuhan belajar peserta didik juga memerlukan data yang akurat baik dari peserta didik, orang tua/wali, maupun dari lingkungan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline