Lihat ke Halaman Asli

Meita Eryanti

TERVERIFIKASI

Penjual buku di IG @bukumee

Pengemudi Ojek Daring, Penjaja Keliling, dan Pekerjaan yang Berharga

Diperbarui: 5 Desember 2019   08:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: cleanpng.com/users/@emigdo

Ada yang tahu apa itu pekerjaan low skill? Di Jakarta, sejak beberapa bulan lalu, isu pekerjaan low skill ini banyak dibicarakan di ruang-ruang diskusi. Salah satunya pernah aku bahas di sini. 

Orang-orang 'pintar' mengkhawatirkan digitalisasi di Indonesia yang menyerap tenaga kerja berketrampilan rendah seperti tukang ojek, pengantar barang, dan sejenisnya.

Aku sih tidak punya masalah dengan pekerjaan itu. Menurutku, itupun pekerjaan baik. Yang penting orang-orang tidak melakukan hal yang buruk. Yang kemudian menjadi terlihat salah adalah ketika orang-orang di sekitarku, jarang ada yang mengapresiasi pekerjaan orang. 

Orang lebih banyak mengapresiasi orang lain berdasarkan uang yang dia dapat. Tidak heran bila banyak orang yang korupsi.

Beberapa hari yang lalu suamiku bercerita, seorang tetangga di rumah orangtuanya ada yang sampai nyogok supaya anaknya bisa sekolah perawat. Ketika anaknya lulus sekolah beberapa tahun lalu, gaji pertama anaknya sebagai perawat adalah satu setengah juta. 

Tetangga mertuaku ini menyesal, kesal, dan berkata, "ngapain sekolah perawat mahal-mahal sampai nyogok segala kalau gajinya hanya satu setengah juta? Mending menjadi tukang ojek, uangnya bisa sampai 3 juta sebulan."

Menurutku, kita tidak seharusnya membandingkan satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya melalui besaran gaji yang didapat. Ini tidak adil. Karena banyak orang yang sedang berusaha mengerjakan pekerjaan yang disenanginya walaupun belum mendapat uang yang banyak.

Aku ingin bercerita sedikit tentang pekerjaan. Cerita ini aku dapat dari bab 5 buku Outliers karya Malcolm Gladwell. Diceritakan ada sepasang suami istri dari Eropa yang berlayar dari Hamburg menuju Amerika. 

Ketika tiba di Manhattan, Sang Suami mencari pekerjaan. Ketika melihat orang-orang yang berjualan keliling, dia kemudian membujuk seorang penjual ikan yang dia kenal supaya bisa menjajakan ikan.

Dari menjajakan ikan, dia mendapat uang yang cukup banyak. Namun dia tidak berhenti di situ. Suatu hari, dia memutuskan untuk berjualan baju. Baju seperti apa yang mau dijual? 

Untuk menjawab ini, dia kemudian pergi ke jalanan dan menuliskan apa yang dikenakan orang-orang dan apa yang dijual oleh toko baju. Dia harus mendapatkan barang "baru", Sesuatu yang dipakai orang tapi belum dijual di toko. Setelah 4 hari, dia kemudian menemukan bahwa barang yang ingin dia jual adalah celemek.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline