Lihat ke Halaman Asli

Meita Eryanti

TERVERIFIKASI

Penjual buku di IG @bukumee

Turunnya Kepercayaan Masyarakat terhadap Apotek

Diperbarui: 19 Agustus 2019   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi obat-obatan| Sumber: Thinkstock

Dunia farmasi Indonesia dihebohkan dengan adanya sebuah Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang melakukan tindakan pengemasan ulang obat-obatan. Tidak tanggung-tanggung, PBF tersebut mengemas ulang obat-obat generik ke dalam kemasan obat-obat paten. Bahkan, mereka mengganti label tanggal kedaluwarsa yang ada di kemasan obat dengan tanggal kedaluwarsa yang lebih panjang.

Yang meresahkan, obat-obat yang disebut obat-obat palsu ini diedarkan oleh distributor resmi. Sebuah perusahaan Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang memiliki izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 

Di setiap akhir berita tentang obat palsu yang aku baca, pihak terkait selalu memberikan himbauan pada masyarakat untuk berhati-hati saat membeli obat dan meminta masyarakat untuk membeli obat di apotek resmi.

Masalahnya dalam kasus ini, yang membuat dan mengedarkan obat aspal (asli tapi palsu) ini bukan toko obat daring atau toko obat kecil pinggir jalan. Yang menjadi tersangka dalam kasus ini adalah distributor obat yang mengantongi izin resmi dari BPOM. Bagaimana lagi masyarakat harus berhati-hati supaya obat yang dibeli terjamin keasliannya?

Seorang teman, yang sedang bergantung dengan obat golongan kortikosteroid karena penyakit yang dideritanya jadi mengeluh panjang.

"Kalau memang dia ngejual obatnya sampai ke apotek-apotek besar, siapa lagi yang bisa aku percaya?" tanyanya. "Kenapa sih, ada orang yang tega berbuat seperti itu? Kenapa harus mempermainkan obat yang menyangkut hajat hidup orang banyak?"

Entah dia ini naif atau bagaimana. Pertanyaannya jelas tidak butuh dijawab. Karena obat itu menyangkut hajat hidup orang banyak, selalu dicari orang, makanya dia berani mengambil risiko besar untuk mendapatkan untung sebanyak-banyaknya.

Namun aku tidak menampik, pasti banyak masyarakat yang merasa waswas untuk membeli obat karena kasus ini. Masyarakat akan menurunkan kepercayaannya pada BPOM karena PBF yang bermasalah ini ternyata memiliki izin resmi. Masyarakat mungkin tidak akan dengan mudah percaya pada apotek karena katanya ada apotek besar yang juga mengambil obat di PBF ini.

ilustrasi obat (sumber gambar: hellosehat.com)

Seorang teman yang bekerja di sebuah pabrik obat ternama mengatakan bahwa apotek sebaiknya membeli obat di PBF yang berada di bawah pabrik obat langsung. Namun perkataan ini segera dihardik oleh teman lain yang bekerja di PBF yang merupakan sub distributor (PBF mandiri yang tidak dinaungi oleh pabrik obat). Menurutnya, BPOM yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini. Jangan karena nila setitik kemudian rusak susu sebelanga.

Aku percaya, tidak semua PBF berani mengambil risiko sebesar itu untuk rupiah. Mungkin hanya PBF yang satu itu. Namun aku tidak menyalahkan BPOM yang sudah kecolongan. Toh nyatanya, banyak kasus obat palsu yang berhasil mereka bongkar selama ini. BPOM sudah berusaha keras, tapi mereka harus bekerja lebih keras dan lebih cerdas lagi.

Yang pasti, ini harus menjadi titik baru untuk Kementerian Kesehatan dan BPOM. Mereka harus meyakinkan semua orang bahwa ini obat bukan merupakan komoditas bisnis biasa. Mereka harus lebih keras lagi menegakkan aturan tentang distribusi obat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline