Lihat ke Halaman Asli

Understanding by Design/Backward Design : Konsep dan Contoh Aplikatif dalam Pelajaran PJOK. (Seri 2)

Diperbarui: 28 Mei 2025   06:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Understanding by Design (UoD)

Dalam dunia pendidikan, pendekatan Understanding by Design/backward design telah menjadi salah satu metode yang efektif dalam merancang kurikulum dan pembelajaran. Pendekatan ini menempatkan capaian pembelajaran sebagai titik awal dalam merancang pengalaman belajar, bukan sebaliknya. Dengan backward design, guru tidak hanya berfokus pada "apa yang akan diajarkan", tetapi juga memikirkan "untuk apa pembelajaran ini", "bagaimana cara menilai keberhasilan belajar", dan "bagaimana merancang pengalaman belajar yang mendukung tujuan". Pendekatan ini terdiri dari tiga tahap utama:

Tahap 1: Mengidentifikasi Capaian Pembelajaran

Pada tahap awal, guru menentukan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang diharapkan dikuasai oleh murid di akhir suatu fase pembelajaran. Dalam konteks pendidikan Indonesia, capaian pembelajaran ini sudah dirumuskan oleh pemerintah melalui dokumen Kurikulum Merdeka, yang membagi capaian ke dalam fase-fase. Guru memiliki tugas untuk memecah capaian tersebut menjadi tujuan-tujuan kecil (sub-capaian) yang akan dicapai dalam pembelajaran harian atau mingguan.

Contoh Aplikatif (Pelajaran Badminton):
Dalam mata pelajaran PJOK, salah satu capaian pembelajaran untuk badminton di fase D (SMP) bisa berbunyi:
"Murid dapat melakukan teknik dasar servis, pukulan forehand dan backhand, serta memahami aturan permainan bulutangkis."

Guru kemudian memecahnya menjadi sub-tujuan harian/mingguan, seperti:

  • Minggu 1: Murid mampu mempraktikkan teknik dasar servis dengan benar.

  • Minggu 2: Murid dapat mempraktikkan pukulan forehand dengan konsisten.

  • Minggu 3: Murid dapat mempraktikkan pukulan backhand dan memulai rally pendek.

  • Minggu 4: Murid dapat menjelaskan dan menerapkan aturan dasar permainan bulutangkis.

Tahap 2: Menentukan Metode Penilaian

Tahap kedua berfokus pada penentuan bagaimana guru akan menilai keberhasilan pembelajaran. Penilaian ini berfungsi sebagai pengumpulan "bukti" apakah murid telah mencapai capaian pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam Kurikulum Merdeka, penilaian bukan sekadar memberikan angka, tetapi memberikan indikator keterampilan dan pemahaman yang jelas, dapat diandalkan, dan sejalan dengan capaian pembelajaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline