Lihat ke Halaman Asli

Medio Podcast Network

TERVERIFIKASI

Medio by KG Media

Anak Sering Egois? Atasi dengan Cara Ini

Diperbarui: 30 September 2022   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Freepik/dragonimages

Oleh: Alifia Riski Monika dan Ristiana D. Putri

CARA terbaik mengajarkan anak adalah dengan mencontohkannya secara langsung, ataupun tidak langsung di kehidupan sehari-hari. Ayah dan Ibu memiliki peran yang sama besarnya untuk mengasuh dan mengasihi anak sejak lahir. 

Terkadang ada banyak sifat anak yang membuat orangtua merasa pusing dibuatnya. Salah satu yang sering dijumpai adalah sifat anak yang terkesan mau menang sendiri, tanpa memedulikan sekitar. 

Seperti cerita dalam Dongeng Pilihan Orangtua bertajuk “Diculik Raja Morea”, dikisahkan Reysha yang sering membuat keributan. Dirinya juga terkenal dengan sifat tidak sabaran dan mau menang sendiri. Bagaimana kelanjutan kisahnya?

Saat anak berusia di bawah lima tahun dan terlihat seolah-olah ia tidak peduli pada orang lain selain dirinya sendiri, mungkin itu hal yang wajar. Anak-anak cenderung akan berbuat sesuka hati mereka selama hal tersebut menyenangkan. 

Sebuah penelitian menemukan bahwa, seorang anak akan mulai bisa berempati atau menempatkan dirinya di posisi orang lain setelah menginjak usia empat tahun. Peneliti dari Insitut Max Planck di Leipzig dan Universitas Leiden mengatakan, kesadaran sosial semacam ini berasal dari pematangan koneksi serat kritis di otak, yang sebenarnya tidak terjadi sampai usia empat tahun. 

Peran orangtua sangat dibutuhkan untuk melatih anak agar tidak egois. Misalnya, orangtua bisa mencontohkan anak agar berbagi makanan dengan teman atau orang disekitarnya. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi perilaku anak yang terlihat egois. 

Ajarkan Empati 

Anak-anak yang bisa menempatkan diri mereka pada posisi orang lain, cenderung lebih murah hati dan tidak mementingkan diri sendiri. Jadi, ajarkan anak berempati dengan meunjukkan emosi positif pada orang lain. 

Tunjukkan tingkah laku dan ekspresi wajah orang-orang di sekitarnya untuk membantunya memahami perbedaan antara bahagia dan sedih. Orangtua juga dapat bermain peran untuk membantu anak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline