Lihat ke Halaman Asli

Tiga Pekerjaan Rumah Bangsa Indonesia

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_226763" align="alignleft" width="189" caption="sumber: http://profiles.friendster.com/77437940"][/caption] MEMASUKI ULANG TAHUNNYA YANG KE-65, Indonesia masih jalan dengan santai menghadapi tantangan yang dihadapi dunia saat ini. Apa itu tantangannya? Pertama adalah mengatasi problem rasa etos kebangsaan. Suka atau tidak, persoalan pertama bangsa ini adalah etos kebangsaan. Sudah sering kita mendengar, Indonesia dihina dan dilecehkan oleh masyarakatnya sendiri. Pedihnya, negara tetangga pun juga ikutan menghina dan melecehkan kedaulatan negara Republik Indonesia yang kita cintai ini. Sebutlah persoalan perebutan pulau, persoalan perbatasan, pencurian ikan oleh negara asing, ekspor penambangan pasir, nasib TKI dan TKW dan sebagainya. Kedua adalah pesimis dan menjelek-jelekkan negaranya sendiri. Dan ketiga adalah tantangan masa depan yang semakin kompleks dan berat bagi bangsa Indonesia dalam sirkumstansi percaturan politik global. Pekerjaan rumah pertama bangsa Indonesia adalah bagaimana membenahi rasa kebangsaan yang sudah luntur. Sirkumstansi ini berkaitan dengan persoalan kepribadian bangsa yang sudah hancur. Tidak ada rasa kebanggaan lagi terhadap Indonesia. Kaos –kaos remaja sekarang, bahkan bapak-bapaknya yang dipakai selalu bertuliskan “FBI”, “CIA”, “Amerika”, “Thailand”, “Hard Rock Café”. PR kedua adalah dramatisasi persoalan kemanusiaan dan teknologi. Barangkali akibat latah suka nonton sinetron tidak bermutu, masyarakat selalu menyalahkan kondisi, keadaan dan peran pemerintah. Semua persoalan didramatisasi, sedemikian rupa sehingga tidak ada satupun kebaikan di muka bumi yang terdapat dalam negara persada yang tercinta ini. Setiap peristiwa sekecil apapun selalu dimaknai sebagai tragedi kemanusiaan, bahkan lebih lagi, dimaknai sebagai bencana peradaban. Mulai dari persoalan mencuri ayam, hingga tumpahan minyak kapal tangker, selalu disorot sebagai dosa negara. Energi nuklir yang sudah dinikmati oleh negara-negara maju selalu diolok-olok akan mengancam keselamatan masyarakat di sekitar kawasan PLTN. Setiap langkah pemerintah untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) selalu diwaspadai sebagai suatu ancaman lingkungan dan kemanusian. PR ketiga, Indonesia harus segera ancang-ancang untuk memenangkan pertempuran masa depan. Pertempuran ini adalah berhubungan dengan kekuatan energi terbarukan, penguasaan teknologi maritim dan sumberdaya pangan. Tiga hal pokok ini harus dimenangkan Indonesia untuk bisa tetap eksis dan tidak terpuruk dalam percaturan politik global. Negara tetangga dalam kawasan Asean, seperti Thailand dan Vietnam bahkan sudah mencuri start dengan membangun kawasan wind farm energy. Selain itu, negara-negara Asean sudah mempunyai armada kapal nelayan yang kuat dan canggih. Ketiga PR besar itu hanya bisa diselesaikan jika kita bersatu, kreatif dan tidak saling menjatuhkan serta menjelek-jelekkan satu sama lain. Sekali lagi, Indonesia adalah negara di mana bumi dipijak dan langit dijunjung. Sudah seharusnya kita membangun kejayaan Indonesia kembali secara santun dan beradab dalam semangat kebersamaan. ***Membangun bangsa adalah sebuah kerja peradaban. Selamat HUT kemerdekaan Republik Indonesia ke-65 Salam Merdeka M. Meddy Danial




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline