Lihat ke Halaman Asli

Kau Mencintai Aku, Kan?

Diperbarui: 28 Desember 2018   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(pendoasion.wordpress.com)

Kalau saja engkau tahu, sedari sepucuk surat kau selipkan di jendela kamar ini, aku mulai tertarik padamu. Kau sederhana, sangat sederhana. Kau  pun biasa, sangat biasa. kau banyak kekurangan, ya banyak kekurangan darimu. Namun kau tahu, apa yang membuat aku tertarik padamu? Syairmu.

Sembari berkedip menunggu harap meteor, bukan bintang jatuh, sengaja aku gantungkan mata di dekat pinggir jendela. Aku ingin tahu, rapalan apa yang kau bacakan sebelum menyelipkan sepucuk suratmu.

Derik langkahmu mulai terasa. Aku mulai menikmatimu sembari tidur di balik selimut. Aku tahu, kau pasti mengintipku kan? Sengaja gorden jendela tak kututup seperti malam-malam sebelumnya. Supaya kamu bisa melihat  bahasaku tidur. Selepas kau pergi dan meninggalkan sepucuk surat paling indah itu, aku menarik selimut.

Maaf, aku mengintipmu dari kejauhan. Terlihat, aku mencium kejujuran dari setiap kekata yang kau tulis. Bahkan, tak sekalipun bisa aku bayangkan kau mampu merangkai kata yang begitu indah di lidah dan hati. Kau menuliskan dengan perasaan, dan kau ungkapkan dengan perasaan pula.

Sedari itu, aku sering menunggu syairmu. Ya, tepatnya menunggumu pula.

Tersadar, berawal dari syair tulismu, aku mencintaimu. Mencintai bahasa tulismu. Mencintai bahasa hatimu. Dan, mencintai gaya bahasamu mencintaiku.

Kau mencintai aku kan?

Di suatu malam nanti, tak lagi aku mengintip kaki telanjanganmu penuh keberanian menyelipkan surat ini. Segera, kutemui. Akan kujelaskan padamu, bagaimana aku menelan, mengunyah, kemudian menyimpan kata-katamu, sehingga jadilah sisa-sisa syairmu paling indah dalam rekam memori. Kau tahu, tak ada kekatamu yang tertinggal se-huruf pun. Semua aku makan, dan telan, lalu kukunyah, dan kusimpan dalam memori.

Entah, di suatu malam mana, kujanjikan ini padanya---para bintang yang selalu mengantarkanmu menemui bahasa malamku. Juga bulan dan kegelapan yang menemani desir langkahmu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline