Lihat ke Halaman Asli

Maya Sari

banyak kekurangan namun selalu berupaya menjadi yang terbaik

KLB Demokrat Seperti Sarang Preman, Moeldoko Senang, Marzuki Kehilangan Akal Sehat?

Diperbarui: 5 Maret 2021   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Marzuki Alie (kiri) dan Moeldoko (kanan), Sumber: Tribunnews

Marzuki Alie terpilih menjadi Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB), di Sibolangit, Sumatera Utara, Jumat (5/3). Namun sebagai mantan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), harusnya Marzuki Alie malu melihat proses sidang KLB yang berjalan seperti orang di pasar.

Tidak ada kesakralan dalam ruangan kongres. Pimpinan sidang dengan mudah diintervensi oleh pihak-pihak yang lalu lalang, bolak-balik, dan membisiki pimpinan sidang. Jika ini dijadikan standar proses sidang sebuah partai politik besar, sungguh sangat memalukan.

Harusnya, sebelum Marzuki Alie menerima tawaran sebagai Dewan Pembina Partai Demokrat versi KLB, Marzuki harusnya memberikan materi praktek sidang seperti yang selalu diajarkan kepada calon kader HMI ketika mengikuti latihan kader satu (LK I). Dengan begitu, meskipun KLB ini dianggap abal-abal, tapi setidaknya bisa menghadirkan kesakralan.

Tapi jika melihat proses sidang di KLB sekarang yang seperti orang di pasar, sudah bisa ditebak seperti apa parpol versi KLB ini ke depan. Parpol yang dibangun dengan jiwa "preman", tentu juga akan menghasilkan penjahat-penjahat demokrasi.

Saya tidak ingin menuduh Marzuki Alie sudah kehilangan akalnya karena mabuk jabatan. Tapi sikap Marzuki Alie sebagai "Insan Organisatoris" dan "Insan Akademis" sungguh tak bisa diterima akal sehat.

Lihat saja, Marzuki terlihat santai ketika pemilihan ketua umum partai tanpa menghadirkan calon ke lokasi acara. Tidak ada pendaftaran calon ketua umum yang terjadi. Tidak ada pemeriksaan berkas, syarat dan lain-lain.

Selain itu, dasar-dasar teknik persidangan juga tak dijalankan dengan semestinya. Pimpinan sidang terburu-buru mengetuk palu sebelum peserta sidang menyetujui. Perpindahan pimpinan sidang juga terjadi seenaknya tanpa ada prosedur yang jelas.

Kesimpulannya, apa yang terjadi di Sibolangit, Sumatera Utara, Jumat (5/3) bukanlah sebuah KLB yang sakral, khidmat, apalagi bisa dikatakan sah. KLB itu tak lain adalah agenda yang sudah disetting sedemikian rupa untuk melegalkan Kepala KSP Moeldoko dengan mengabaikan kaidah-kaidah organisatoris dasar.

Jadi sangat wajar, seorang Marzuki hanya diam menyaksikan segala kejanggalan dan pelanggaran etika dalam proses sidang KLB.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline