Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Belajar Sabar, Salat Malam dan Berbagi dari Spirit Ramadan

Diperbarui: 7 Juni 2019   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (dok.pri)

Sedemikian agungnya bulan suci Ramadan ini sehingga ketika bulan yang penuh berkah, rahmat dan maghfirah itu meninggalkan kita dan masuk bulan baru diibaratkan malapetaka atau musibah siap menghadang di depan mata.  
 
Seperti kita ketahui bersama di bulan Ramadan, tepatnya pada tanggal 17 Ramadan, Allah menurunkan Alquran yang merupakan kitab suci umat Islam. Peristiwa turunnya Alquran itu disebut dengan Nuzulul Quran.  
 
Pada bulan Ramadan pula yakni di sepuluh hari terakhir Ramadan terutama pada malam-malam ganjil (23, 25 dan 27 Ramadan) Allah akan menurunkan malam yang lebih mulia dari 1000 bulan yang disebut Lailatul Qodar.
 
Tidak hanya nuzulul quran dan lailatul qodar saja, setiap saat di bulan Ramadan selalu menjadi berkah. Sedemikian mulianya bulan suci Ramadan itu sehingga sekecil apapun kebajikan yang dikerjakan meski sebesar zarah (biji sawi) akan mendapatkan ganjaran pahala berlipat-lipat dari Allah.
 
Maka tak berlebihan bila Ramadan selalu dirindukan. Coba kita perhatikan bersama penggalan lagu yang disenandungkan oleh kelompok musik Bimbo ini,  
"Setiap habis Ramadan, hamba rindu lagi Ramadan, saat -- saat padat beribadah, tak terhingga nilai mahalnya".  

"Setiap habis Ramadan,
rindu hamba tak pernah menghilang,
mohon tambah umur setahun lagi,
berilah hamba kesempatan
".
 
Di bulan suci Ramadan, kaum muslimin dan muslimat yang sudah memenuhi syarat diwajibkan menjalankan ibadah puasa. Tak hanya berpuasa, mereka juga dianjurkan untuk mengerjakan amal sholeh lainnya seperti mengerjakan sholat tarawih, tadarus al-quran, sholat hajad atau tahajud dan perbuatan baik lainnya.  
 
Maksud berpuasa sendiri bukan sekedar tidak makan dan minum saja namun lebih dari itu dengan berpuasa kita juga dituntut untuk menahan diri dari nafsu amarah, nafsu seksual meski terhadap pasangan yang sah, mata jelalatan serta beragam nafsu buruk lainnya.
 
Ibadah puasa Ramadan sejatinya merupakan api obor abadi. Jangan pernah padam. Semangat atau energi Ramadan harus tertanam dalam hati sanubari kita. Bulan suci Ramadan bak kawah candradimuka bagi umat Islam yang menjalankan puasa. Momen yang tepat untuk penempaan mentalitas diri.  
 
Puasa Ramadan menjadi inspirasi untuk belajar sabar dan berbagi 
 
Menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan secara ihlas semata-mata mengharap ridho Allah sejatinya merupakan pendidikan dan latihan (diklat) jasmani dan rohani langsung dari Allah ta'ala. 

Berpuasa merupakan ibadah yang melibatkan kontak batin (jiwa) seseorang langsung kepada Allah serta bersifat siri, maksudnya kita mungkin bisa mengelabui mata manusia lain dengan mengatakan sedang berpuasa padahal tanpa mereka tahu kita telah makan dan minum sambil sembunyi-sembunyi. Sesungguhnya hanya Allah sajalah yang maha tahu atas semua tingkah pola hamba-hambaNya.  
 
Ihlas menjalankan ibadah puasa mendidik kita untuk menjadi insan paripurna yang sabar, yang mampu mengendalikan diri dari segala hal. Jiwa yang sabar ini merupakan modal dasar yang sangat penting dalam menjalani kehidupan ini.  
 
Bangun di penghujung malam untuk makan saur walaupun setetes air bukan saja disunahkan melainkan merupakan latihan agar kita membiasakan diri bangun tengah malam untuk menunaikan sholat malam.
 
Berbagi takjil di masjid atau mengadakan acara berbuka puasa bersama (bukber) dengan anggota keluarga besar, rekan kerja atau para tetangga sejatinya merupakan latihan untuk merangsang kepedulian atau kedermawanan kita kepada sesama.  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline