Lihat ke Halaman Asli

Mas Teddy

Be Who You Are

"Lathi" dan Para Pendahulunya

Diperbarui: 14 Juni 2020   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

YouTube/Weird Genius

Jagad musik Indonesia tengah dihebohkan oleh lagu "Lathi". Sebuah lagu karya grup musik Weird Genius yang dinyanyikan oleh Sara Fajira. Kehebohan itu sangat terasa di dunia maya, terutama di kanal You Tube dan Tik Tok.

Jika di Tik Tok dihebohkan oleh tantangan membuat make up ala video klip Lathi, maka di You Tube diramaikan oleh reaksi orang yang menyaksikan video klip dan meng-cover lagu Lathi. 

Bukan hanya dari dalam negeri tapi banyak juga orang luar negeri yang membuat reaksi dan cover lagunya, baik yang betul-betul ingin mengapresiasinya maupun yang hanya sekedar mencari viewer dari Indonesia (sebagai negara yang penduduknya paling gaduh di media sosial). Lihat saja komentar-komentar warga +62 yang membanjiri semua video yang berkaitan dengan Lathi.

Beragam komentar, ada yang request reaksi video yang lain, ada yang berusaha menjelaskan siapa itu Weird Genius dan Sara Fajira, ada yang berusaha menjelaskan arti dari "Lathi" sampai komentar yang over proud juga ada. Ada juga yang menganggapnya unik. Campuran (mix) antara musik modern dan tradisional adalah sebuah ide atau konsep yang unik.

Unik, memang. Tapi Weird Genius tidak sendirian dan bukanlah yang pertama. Masih ada Alffy Rev. Bernama asli Awwalur Rizqi Al-Firori, Alffy sering meng-cover lagu-lagu nasional dan lagu-lagu pop.

Dalam cover-cover yang dibuatnya, Alffy selalu memasukkan unsur musik tradisional, di-mix dengan EDM. Cover-nya terhadap lagu kebangsaan Indonesia Raya bahkan sempat menjadi perdebatan, antara yang pro dan kontra.

Setelah agak lama tidak mengeluarkan cover lagu, akhirnya Alffy hadir dengan karya sendiri "Mother Earth". Dengan konsep yang hampir sama dengan Lathi, apakah Mother Earth akan berhasil mengikuti jejak kesuksesan Lathi? Akan kita lihat nanti.

Cover album Karimata

Mundur sedikit ke tahun 80 -- 90 an, ada Karimata dan Krakatau. Ketiga grup tersebut sering disebut sebagai grup yang beraliran jazz fussion, tapi ada juga yang menyebutnya jazz etnik atau jazz kontemporer, sebuah genre jazz yang lebih 'easy listening'.

Semuanya digawangi oleh musisi-musisi handal dengan skill yang tak perlu diragukan lagi. Seperti : Chandra Darusman, Erwin Gutawa, Aminoto Kosin (Karimata). Dan : Indra Lesmana, Dwiki Darmawan, Gilang Ramadhan, Tri Utami (Krakatau).

Penggabungan unsur musik tradisional sangat terasa pada beberapa karya mereka. Seperti pada kompoisisi "Anjeun", "East to West", "Paddy Field", "Seng Ken Ken" dan "Take Off to Padang" dan komposisi-komposisi lain terutama di album Jezz (Karimata). Atau pada komposisi "Barala Duit", "Cah Mie Kung", "Impenan-Impenan", "Bubuka" dan komposisi-komposisi lain terutama di album Magical Match dan Mystical Mist (Krakatau).

Cover album Krakatau

Karya-karya Karimata dan Krakatau memang terdengar asing bagi telinga generasi sekarang. Selain karena sudah beda jaman juga karena perbedaan genre musik, di mana penggemar musik genre jazz tidak terlalu banyak dan biasanya memang lebih banyak dalam bentuk instrumental tanpa adanya vokal penyanyi.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline