Lihat ke Halaman Asli

Melestarikan Tradisi Keroyokan Menulis Puisi

Diperbarui: 10 September 2021   17:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelangi (alitmd.com)

Sebuah tradisi keroyokan dalam berpuisi telah lahir di komunitas Inspirasiana. 

Kolaborasi dua orang penyair dalam sebuah puisi sudah biasa. Kerja sama pemuisi dan pemusik dengan musikalisasi puisinya. Sudah lumrah.

Terobosan baru berpuisi secara berantai lahir dari komunitas Inspirasiana. Dalam berkarya bukan hanya dua orang. Akan tetapi melibatkan banyak anggota komunitas.

Penggagasnya siapa lagi kalau bukan penjaga gawang komunitas Inspirasiana. Ruang Berbagi alias Romo Bobby. Penulis dan kompasianer yang konsern terhadap literasi dan edukasi.

Ide awalnya adalah dalam rangka memeriahlan Hari Anak Nasional 2021 lalu. Gagasannya untuk menulis pantun bareng disambut antusias anggota komunitas.

Besarnya antusiasme menulis pantun. Terlihat dari banyaknya karya yang terkumpul. Sembilan belas pantun. 

Dari 19 pantun tersebut dipilah sesuai topik dan diterbitkan di Kompasiana dalam dua seri.

Apresiasi pembaca cukup bagus. Pantun anak seri pertama dibaca oleh 119 orang dan seri kedua 217 orang menyempatkan membaca.

Komunitas Pelangi

Dari sanalah kemudian lahir puisi-puisi keroyokan berikutnya. Corona menjadi tema selanjutnya setelah pantun anak.

Kali ini 5 anggota komunitas menganggit puisi corona yang waktu itu sedang mengganas. Menyusul puisi tentang Pinjol. Sebagai bentuk keresahan anggota komunitas atas fenomena punjaman online illegal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline